Advanced Search
Hits
16186
Tanggal Dimuat: 2009/07/22
Ringkasan Pertanyaan
Apa yang dimaksud dengan pernyataan buta di akhirat?
Pertanyaan
Apa maksud Tuhan dari ayat “Dan barang siapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar)? Apakah orang yang buta di hari akhirat tidak memiliki perasaan dan tidak bisa melihat sesuatu?
Jawaban Global

Yang dimaksud dengan buta di hari akhirat dalam ayat, Dan barang siapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar). (Qs. Al-Isra [17]:72) dan ayat-ayat semisalnya, Dan barang siapa berpaling dari mengingat-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Ia berkata, “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulu adalah seorang yang melihat?” (Qs. Thaha [20]: 123-124) bukanlah kebutaan fisik seperti yang terjadi di dunia. Yang dimaksud buta di sini adalah orang-orang yang memang sengaja menjadikan dirinya buta sekalipun mereka menyaksikan tanda-tanda Allah dan kebenaran Nabi dan Ahlubaitnya, lalu menerima kebenarannya, toh dengan begitu ia juga tidak beriman kepadanya.

Hati mereka tidak bisa mengimaninya, seolah-olah mata mereka buta terhadap hakikat kebenaran. Mereka juga sebetulnya sering terlibat dalam wacana-wacana keagamaan namun, tapi tidak ada bedanya dengan orang yang tidak melihatnya dan tidak ada bedanya dengan orang-orang yang tidak mendengarnya, karena itu mereka tidak mau mengikrarkan keimanan dan itulah yang dimaksud buta versi al-Quran.

Di hari akhirat, balasan itu dalam bentuk tajassum amal (penjelmaan amal-amal). Kebutaan hati akan menjadi siksaan atasnya di hari akhirat. Ia menjadi buta di padang mahsyar; ia tidak bisa melihat keindahan Tuhan, cahaya orang-orang yang beriman dan karunia-karunia firdaus. Mereka juga tidak akan menemukan jalan yang akan mengantarkannya  pada surga.

Namun saat diseret ke neraka mereka bisa melihat siksaan - untuk menambah intensitas siksaan atas diri mereka. Mereka bisa melihat bermacam-macam siksan seperti ketika mereka bisa melihat di dunia yang digunakan bukan untuk melihat kebenaran tapi malah berpaling pada kebatilan dan dunia dengan segala pesonanya.

Jawaban Detil

Struktur manusia dilengkapi dengan beragam fakultas lahir maupun batin. Fakultas-fakultas lahiriyah selain memiliki fungsi sebagai media bagi badan untuk mendapat hal-hal yang disukainya atau juga apa yang menjadi kebutuhannya (dan hal ini juga berlaku dalam dunia untuk hewan), juga memiliki fungsi sebegai pembawa informasi yang menyalurkan pada kalbu, untuk mengakses ilmu pengetahuan dan juga alat untuk menggerakan tubuhnya (tahrikiyyah).

Di seluruh episode kehidupan, manusia benar-benar sangat bergantung pada alat-alat indera lahirinyah lantaran itu jika seorang manusia dengan serius mendayagunakan alat-alat inderanya – khususnya mata dan telinga dengan baik dan untuk jalan-halan yang benar, maka kedua alat iu akan mentaati dirinya; menjalankan fungsi yang sesungguhnya untuk mendengar dan melihat.

Namun   jika manusia menyalahgunakan kedua panca indra; ia tidak mau menyimak baik-baik ilmu pengetahuan dan segala yang didengar dan dilihatnya; artinya ia seolah-olah tidak bisa melihat dan mendengar.

Jadi matanya seolah tidak dapat melihat dan telinganya seakan tidak dapat mendengar.   Disfungsi dua indera itu bukan karena keduanya telah kehilangan dayanya tapi karena manusia telah menyalahgunakan fungsi yang sesungguhnya. Dan itu terjadi karena akibat ketakaburan, dan niat buruk sang insan.

Dengan demikin manusia dapat dengan jelas melihat ayat-ayat yang menunjukkan eksistensi Tuhan, rahmat dan segala kekuasaan-Nya, namun ia tidak mau beriman. Ia juga melihat dan mendengar bukti-bukti kebenaran sang nabi utusan-Nya tapi ia juga tidak mau menerima dan mengakuinya. Ia juga mendengar dan memahami nash-nash bahwa Nabi Saw telah memilih Ali As sebagai wasinya; bahwa nabi memiliki wali-wali pengganti dirinya, tapi ia malah mengingkarinya. Akhirnya ia tidak mau menjadikan Ali sebagai pemandunya (walinya). Dan bahkan menjadi benci kepada Ali dan keluarganya

Atau, meskipun bisa membaca dan mendengar tentang kebenaran informasi dari nabi tentang hari kiamat, tentang kehidupan abadi pasca kematian di dunia; tentang eksistensi surga dan neraka tapi alih-alih percaya, ia malah mengabaikan semua fakta dari agama tersebut.

Seandainya sepanjang hidupnya kedua panca indera itu diabaikan terus menerus,    tidak lagi dimanfaatkan untuk kebaikan-kebaikan spiritual atau malah digunakan di jalan kedurhakaan kepada perintah-perintah Allah dan rasul-Nya, maka kelak di hari akhirat ia akan melihat bentuk dari penistaan terhadap panca inderanya (tajasum amal) yaitu keadaan dirinya yang buta untuk melihat jamaliyah (fascinant) Allah Swt. Ia tidak akan bisa melihat karunia-karunia yang ada di surga; citra malakuti nabi dan juga wali para wali. Ia juga terhukum untuk tidak melihat surga. Yang pada akhirnya ia diseret untuk masuk ke neraka jahanam.

Seperti halnya, ia buta untuk melihat dan menjalani kehidupan yang benar dan membahagiakan maka di akhirat juga ia tidak akan melihat jalan yang akan membawa kebahagiaan pada dirinya.

Al-Quran menjelaskan tentang hal-hal yang membuat buta di hari akhirat.Di antaranya yaitu karena berpaling dari Allah dan menatap dunia dengan penuh kerelaam maksimal,[1] sombong dan takabur dalam urusan-urusan agama,[2] melupakan hari akhirat dan tidak mau bergeming untuk beriman kepadanya,[3] menutup jalan bagi orang lain untuk beriman kepada Allah, [4] mendustakan ayat-ayat Allah dan juga tidak mau mengakui kenabian Muhammad Saw, [5] memutuskan silaturahmi dengan yang lain (memutuskan kewilayahan dengan Ali As), sombong dan membangkang. [6]

Tentang karakter-karakter ini juga disinyalir oleh hadis-hadis dari Nabi Saw sebagai penjelas atas apa yang disebutkan pada ayat-ayat di atas; yaitu menutup-nutupi (kebenaran) wilayah Ali dan tidak mau mengakui wilayahnya padahal ia memiliki kesempatan (untuk mengakuinya) sebelum kematian menjemputnya. [7]

Seseorang yang buta di hari akhirat bukan seseorang yang kehilangan fungsi indawinya. Bahkan di padang mahsyar ia menyadari kebutaan dan juga menyadari dimana ia berada. Bahwa pada kediaman ini bukanlah kediaman duniawi. Di sana ia memiliki mata namun di sini ia tidak memiliki indra penglihatan (lahir). Oleh itu, ia mengajukan protes sebagaimana kebiasaannya di dunia mengajukan protes dan bermental keras kepala.[8]

Dalam pandangan al-Quran, tafsir dan juga riwayat, kiamat itu memiliki bermacam-macam keadaan dan yang kemudian pada akhirnya orang-orang yang layak menjadi penghuni surga akan memasuki surga dan orang yang pantas mendapatkan siksaan akan memasuki neraka jahanam. Kebutaan itu hanya terjadi di padang mahysar saja sebelum digiring ke neraka.

Di padang mahsyar mereka dibutakan agar tidak bisa melihat keagungan dan keindahan Allah Swt, namun setelah melewati padang mahsyar dan masuk ke neraka jahanam, mata mereka kembali dapat difungsikan, agar bisa melihat kengerian-kengerian siksaan, agar dengan melihat siksaan-sikaan di neraka – penderitaannya semakin menjadi-jadi - akibat tidak mau melihat kebenaran di dunia.

Sebagian yang tidak memiliki pengetahuan yang mendalam berpendapat bahwa yang dimaksud buta seperti yang dikatakan oleh ayat Barang siapa yang buta (hatinya) di dunia ini adalah buta fisik. Jadi ditafsirkan bahwa mereka itu buta sekalipun mereka itu bisa memahami. Lataran itu mereka juga akan dihimpun dalam keadaan buta juga. Padahal bukan demikian, yang dimaksud dengan buta di dunia yaitu buta hati. Sementara yang dimaksud dari ayat “di akhirat (kelak) ia akan buta (pula)” adalah buta fisik; buta lahiriyah, artinya tajasum (penjelmaan) buta hati di dunia adalah buta mata di hari akhirat, sebagai sebuah siksaan terhadapnya.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, setelah dihimpun dalam keadaan buta di padang mahsyar, mereka digiring ke neraka dan matanya mereka bisa melihat kembali. Lantaran itulah yang telah mereka perbuat di dunia yaitu membutakan penglihatan dan pendengaran mereka untuk melihat ayat-ayat Allah, dan orang-orang suci . Semoga Allah menyelamatkan kita dari keburukan golongan tersebut.[]

Sumber dan referensi:

1.       Abdullah Jawadi Amuli, Fitrat dar Qur’ân, jil. 12, hal. 97-104 dan 139-140, Intisyarat-e Isra, Qum, cetakan kedua, 1379 S.

2.       Abdullah Jawadi Amuli, Ma’rifat Syinasi dar Qur’ân, jil. 13, hal. 357-362, Intisyarat-e Isra, Qum, cetakan kedua, 1371 S.

3.       Sayid Muhammad Husain Thabathabai, al-Mizân (Persia), Daftar-e Intisyarat-e Islami, jil. 13, hal. 232-233 dan jil. 14, hal. 314-316.

4.       Sayid Abdulhusain Thayyib, Athyab al-Bayân, jil. 8, hal. 287-388, cetakan kedua, Kitab Purusyi Islami, Teheran.

5.       Muhsin Qira’ati, Tafsir-e Nur, terkait dengan ayat yang disebutkan, Dar Rah-e Haq, Qum, cetakan pertama, 1374.

6.       Muhammad bin Muhammad Ridha Qumi Masyhadi, Kanz al-Daqâiq, jil.7, hal. 463, 534-524, dan jil. 8, hal. 368-371, Muassasah Tab’e wa Nasyr (Wizara-te Irsyad), Teheran, 1411.

7.       Makarim Syirazi, Tafsir Nemune, terkait dengan ayat-ayat yang disebutkan, Dar al-Kitab al-Islamiya, Teheran, cetakan ke-17, 1374.



[1]. Qs. Thaha (20): 124-127; Qs. Al-Isra (17):72.

[2]. Qs. Fushilat (41):17.

[3] Qs. Al-Naml (27):66.

[4]. Qs. Al-Hud (11):18-28

[5]. Qs. Al-An’am (6): 4-5; Qs. Al-A’raf (7): 64; Qs. Al-Baqarah (2):17-18.

[6]. Qs. Muhammad ():22-23.

[7]. Silahkan lihat, Athyab al-Bayân, jil. 18, hal. 287 dan 288, al-Mizân, jil. 4, hal. 314. Kanz al-Daqâ’iq, jil. 7, hal. 523-524, 456-462, dan jil. 8, hal. 368-371.

[8]. Qs. Thaha (20):124-127.

Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    259867 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    245630 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    229532 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    214325 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    175626 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    171008 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    167431 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    157494 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140343 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    133558 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...