Advanced Search
Hits
10890
Tanggal Dimuat: 2011/01/02
Ringkasan Pertanyaan
Apakah akal dapat mengetahui sesuatu yang partikular qua partikular itu sendiri?
Pertanyaan
Apakah akal dapat mengetahui sesuatu yang partikular qua partikular itu sendiri?
Jawaban Global

Kedudukan dan posisi akal mencerap segala sesuatu yang bersifat universal. Adapun kedudukan dan posisi indra adalah mencerap segala sesuatu yang bersifat partikular. Karena itu akal tidak dapat mencerap “partikular qua partikular” secara langsung dan tanpa media. Tugas mencerap segala sesuatu yang partikular (juz’i) qua partikular (juz’i) berada di pundak indra yang melakukannya. Namun masalah ini, tidak berarti bahwa akal tidak mampu mencerap segala yang berbau indrawi. Akal dapat mencerap segala yang bercorak indrawi (mahsusat) melalui perantara universal (kulli).

Jawaban Detil

Pada dasarnya pencerapan manusia terdiri dari dua jenis.

Pertama: Pencerapan dan pemahaman partikular (juz’i): Pencerapan dan pemahaman partikular sendiri terdiri dari dua bagian. Terkadang pencerapan ini bergantung pada entitas luaran sesuatu. Dalam hal ini manusia mencerap dan memahami hal tersebut dengan perantara indranya. Dan terkadang pencerapan partikular tidak bergantung pada entitas luaran sesuatu. Dalam hal ini manusia mencerap dan memahami sesuatu dengan media dan fakultas fantasinya (khiyâl).”[1]

Kedua: Pencerapan dan pemahaman universal (kulli): “Manusia tatkala menyaksikan pelbagai ragam partikular dan melakukan analogi diantara mereka, satu sama lain, ia menyaksikannya dalam satu barisan tunggal. Sebagai hasilnya, bentuk pemahaman dan konseptual yang dapat diselaraskan dan dicocokkan dengan masing-masing dari hal partikular tersebut kemudian diabstraksikan dalam benaknya.”[2] Proses abstraksi ini adalah tugas akal. Karena itu, akal adalah sebuah fakultas yang pekerjaannya melakukan pencerapan universal. Nah, konsep universal atau layak dipredikasikan atas urusan-urusan luaran—laksana konsep dan pahaman manusia atas Hasan dan Husain, dan lain sebagainya. Dan kemudian dikatakan Hasan adalah manusia atau Husain adalah manusia. Atau tidak dapat dipredikasikan atas urusan-urusan luaran, melainkan hanya dapat dipredikasikan pada konsep-konsep atau bentuk-bentuk mental (dzihni).”[3]

Karena itu, manusia memiliki dua jenis media pencerapan dan pemahaman. Yang pertama adalah indra dan yang kedua adalah akal. Manusia dengan media indranya ia mencerap segala sesuatu yang dapat dipahami secara partikular. Dengan perantara akalnya, ia memahami pelbagai subyek secara universal. Karena tabiat akal adalah bercorak universal.

Nah, sekarang boleh jadi terlintas sebuah pertanyaan dalam benak, apakah dengan media akal yang mencerap segala sesuatu yang bersifat universal ini, manusia tidak dapat memahami segala yang partikular (serba indrawi)? Dalam menjawab pertanyan ini, perlu dijelaskan bahwa makna ungkapan ini bukan berarti akal tidak memahami dan mencerap segala sesuatu yang bercorak indrawi, melainkan akal memahami segala sesuatu yang bercorak indrawi melalui perantara hal-hal universal. Sebagaimana akal mampu memahami aksiden-aksiden bendawi namun bukan esensi-esensinya, melainkan melalui jalan menguasai sebab-sebab universalnya.”[4]

Karena itu, “pemahaman partikular qua partikular hanya dapat diperoleh dengan perantara indra, fantasi atau segala sesuatu yang melalui media-media bendawi.”[5] Dan posisi akal, mencerap segala yang berkarakter universal (bukan partikular), meski pada saat yang sama dengan perantara universal akal juga dapat memahami hal-hal yang partikular.

Untuk menerangkan masalah ini; ihwal mengapa akal tidak mampu mencerap segala sesuatu yang serba indrawi, menyitir Farabi, “Segala sesuatu yang indrawi qua indrawi tidak dapat dirasionisasi. Karena mustahil sesuatu menjadi obyek rasionisasi, kecuali sesuatu tersebut terlepas dari sifat-sifat material dan asumsinya adalah bahwa segala yang indrawi qua indrawi tidak dapat terlepas dari sifat-sifat material. Kesimpulannya, adalah mustahil segala yang indrawi dan bendawi dapat menjadi obyek rasionisasi (ta’aqqul). Hubungan ini, juga berlaku dari sisi yang berlawanan; artinya indra tidak dapat mencerap dan memahami segala sesuatu yang bersifat rasional qua rasional; karena mustahil sesuatu menjadi obyek pencerapan indra kecuali sesuatu tersebut memiliki aksiden-aksiden material.”[6]

Alhasil bahwa akal tidak memiliki kemampuan untuk mencerap partikular (qua partikular) namun demikian akal dapat memahami segala yang indrawi (mahsusât) dengan perantara universal. [IQuest]



[1]. Jarir Jahami, Mausu’ât Musthalahât al-Falsafah ‘inda al-‘Arab, al-Nash, hal. 31, Maktab Lubnan Nasyuran.

[2]. Muhammad Ridha Muzhaffar, al-Manthiq, hal. 63, Cetakan Pertama, Intisyarat-e Pasdar-e Islam, 1420 H.

[3]. Muhammad Taqi Mishbah Yazdi, Âmuzesy Falsafeh (Daras Filsafat), jil. 1, hal. 188-189, Cetakan Keenam, Intisyarat-e Amir Kabir, Zemistan, 1383 S.

[4]. Abu al-Hasan al-‘Amiri, Rasâil Abu al-Hasan al-‘Amiri, hal. 294, Markaz Nasyr-e Danesygahi.

[5]. Mausu’ât Musthalahât al-Falsafah ‘inda al-‘Arab, al-Nash, hal. 31.

[6]. Abu Nashr al-Farabi, Fushush al-Hikmat wa Syarhihi, Fash fi Imtinâ’ Ta’aqqul al-Mahsusat wa Ihsâs al-Ma’qul, hal. 178, Anjuman-e Atsar wa Mafakhir Farhanggi.

Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Klasifikasi Topik

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    259741 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    245549 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    229459 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    214227 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    175553 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    170933 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    167327 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    157403 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140251 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    133494 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...