Advanced Search
Hits
8517
Tanggal Dimuat: 2013/01/27
Ringkasan Pertanyaan
Apakah dalam surga juga terdapat perjalanan menuju kesempurnaan?
Pertanyaan
Secara prinsipil apakah dalam surga juga terdapat pembahasan tentang “kesempurnaan?” Jika jawabannya adalah “iya” “kesempurnaan” tersebut mencakup aspek-aspek apa saja?
Jawaban Global
Pandangan dominan di kalangan ulama adalah kesempurnaan tidak mungkin ada di surga kiamat. Kelompok ini meyakini bahwa berdasarkan sumber-sumber agama surga ada dua bentuk: satunya surga barzakhi (isthmus) dan yang lainnya surga di hari kiamat. Kesempurnaan dalam surga barzakhi adalah bersifat mungkin. Untuk informasi lebih lanjut silahkan merujuk pada jawaban 5925 (Kesempurnaan Barzakhi).
Akan tetapi kesempurnaan pada surga akhirat bersifat tidak mungkin; karena alam kiamat dan masuk ke dalam surga adalah merupakan penutup perjalanan kesempurnaan manusia sehingga masuk dalam surga itu artinya ia telah meraih kematangan (kesempurnaan) bukan untuk menjadi sempurna.
Dalam menjelaskan pendapat ini dapat dikatakan bahwa kesempurnaan dan gradasi derajat dalam surga adalah hutang dan akibat derajat-derajat iman dan amal saleh manusia di dunia. Allah Swt berfirman:
«وَ لِكُلٍّ دَرَجاتٌ مِمَّا عَمِلُوا وَ ما رَبُّكَ بِغافِلٍ عَمَّا یعْمَلُون»
Dan masing-masing orang ada tingkatannya,(sesuai dengan apa yang mereka kerjakan). Dan Tuhan tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan. (Qs. Al-Maidah [5]:132)
Karena itu, sesuai dengan sabda Imam Ali As yang menyebutkan, “Hari ini (sampai ketika kalian masih hidup) adalah hari untuk beramal dan berusaha, bukan hari perhitungan amalan-amalan, tetapi hari esok kiamat adalah hari perhitungan dan tak akan ada (kesempatan untuk) beramal.” [1]
Oleh karenanya, jika pada hari akhirat laporan amalan-amalan dan perbuatan-perbuatan baik akan ditutup dan kesempurnaan adalah akibat dari amalan saleh, maka dalam surga tidak ada kesempurnaan, kecuali jika kita mengumpulkan sebelumnya di dunia ini. Di akhirat kelak tidak terdapat kesempurnaan berupa gradasi dari satu tingkatan ke tingkatan lain surga tanpa sebelumnya dikumpulkan pendahuluan dan prasyaratnya di dunia.
Dalam hal ini, Allah Swt dalam al-Quran berfirman:
«لا ینْفَعُ نَفْسًا إیمانُها لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ
فی إیمانِها خَیرًا قُلِ انْتَظِرُوا إِنّا مُنْتَظِرُونَ»
“Tidak berguna lagi iman seseorang yang belum beriman sebelum itu, atau (belum) berusaha berbuat kebajikan dengan imannya itu. Katakanlah,”tunggulah! maka kamipun menunggu”. (Qs. Al-An’am [6]:158)
Berlawanan dengan pendapat yang telah disebutkan, ada pandangan lain yang dikemukakan; yang meyakini adanya kesempurnaan di hari kiamat. Kelompok ini dalam menjelaskan pendapat mereka mengatakan: setelah memasuki alam pertama dari alam-alam kiamat dan bersatunya ruh dengan badan, ruh akan menempati berbagai tingkatan dan posisi-posisi serta makam-makam, dalam gerak laju manusia dimana ruh masing-masing menempati posisinya. Dalam kondisi ini, ruh melalui suatu etape kesempurnaan dalam perjalanan kembalinya manusia  menuju Tuhan. Hal itu disebabkan oleh karena pada setiap perpindahan (tingkatan) manusia semakin dekat pada bentuk aslinya dan menemukan kembali kesempurnaan yang hilang darinya ketika melakukan rangkaian perjalanan dan secara bertahap menemukan daya eksistensialnya dan akan sesuai dengan alam Ilahi.
Di samping itu setelah masuk ke dalamnya, keteraturan khusus yang menguasai tempat itu niscaya memiliki gerak dan kesempurnaan, dan pada tiap alam setelah masuk ke dalamnya akan mencapai kesempurnaan-kesempurnaan baru.
Kelompok ini menganggap bahwa ayat-ayat serta riwayat-riwayat juga menjadi penjelas perjalanan dan kesempurnaan dalam kumpulan serta alam-alam setelah itu.
Beberapa contoh dari ayat-ayat tersebut  akan kami tunjukkan sebagai berikut:
«إِنَّ الَّذينَ يَشْتَرُونَ بِعَهْدِ اللهِ وَ أَيْمانِهِمْ ثَمَناً قَليلاً أُولئِكَ لا خَلاقَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ
وَلا يُكَلِّمُهُمُ اللهُ وَلا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيامَةِ وَلا يُزَكِّيهِمْ وَ لَهُمْ عَذابٌ أَليمٌ»
Sesungguhnya orang-orang yang memperjualbelikan janji Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga murah, mereka itu tidak memperoleh bagian di akhirat, Allah tidak akan menyapa mereka, tidak akan memperhatikan mereka pada hari kiamat dan tidak akan menyucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih. (Qs. Ali Imran[3]:77)
Kelompok ini mengatakan: frase ayat “tidak akan menyucikan mereka” pada ayat ini, memiliki pemahaman khusus. Frase ini menjadi penjelas hakikat tersebut bahwa manusia-manusia yang berada pada jalan lurus penghambaan (shirat mustaqim ubudiyah) dan kebenaran; ada dalam rel/jamaah dan pada makam-makam serta alam-alam tersebut, yang termasuk penyucian Allah Swt, Allah Swt membuat suci mereka dari berbagai noda dan mensucikan serta membersihkan mereka dari apa yang menutupi wajah asli manusia dan dari hakikat-hakikat yang membuat mereka jengah. Tentu saja penyucian Ilahi ini tidak akan meliputi kelompok manusia yang tidak berada pada shirat ubudiah dan menantang Tuhan.
Harus diperhatikan bahwa pensucian Ilahi itulah pemenuhan dan penyempurnaan jiwa manusia; karena manusia dalam kehidupan duniawi secara lahiriah memiliki satu rangkaian kepercayaan dimana berdasarkan kepercayaan-kepercayaan tersebut ia memiliki cara dan praktik suluk yang khusus. Akan tetapi dalam perkara batiniah, jiwa manusia adalah (buah dari) akidah dan amal perbuatan tersebut. Jiwa memiliki gerak khusus dimana gerak tersebut jika berada pada jalur suluk ubudiyah dan shirat mustaqim, maka secara bertahap akan membersihkan ruh dari apa yang seharusnya (ruh) bersih (dari itu), dan membawanya kepada tahapan-tahapan kesempurnaan.
Gerak batiniah inilah yang merupakan penyucian Tuhan yang dilakukan pada jiwa manusia, di bawah kontrol suluk lahiriah (syariat) agama. Penyucian ini, melepaskan dan membebaskan ruh dari segala hijab, keterikatan, warna dan apapun yang menimpa ruh ketika berpisah dari tempat aslinya. Sebenarnya hal ini merupakan satu gerak kesempurnaan (takamuli) untuk ruh.
Gerak ruh ini tidak menjadi bagian dari penyucian, baik itu penyucian di dunia yang dilakukan dibawah kontrol suluk agama maupun penyucian di akhirat sebagai keniscayaan dari hukum-hukum khusus yaitu alam dan ‘awâlim-nya.
«إِنَّ اللَّهَ يُدْخِلُ الَّذِينَ آمَنُوا وَ عَمِلُوا الصَّالِحاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهارُ يُحَلَّوْنَ
فِيها مِنْ أَساوِرَ مِنْ ذَهَبٍ وَ لُؤْلُؤاً وَ لِباسُهُمْ فِيها حَرِيرٌ
وَ هُدُوا إِلَى الطَّيِّبِ مِنَ الْقَوْلِ وَ هُدُوا إِلى‏ صِراطِ الْحَمِيدِ»
“Sungguh, Allah akan memasukkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan kev dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Di sana mereka diberi  perhiasan gelang-gelang emas dan mutiara, dan pakaian mereka dari sutera. Dan mereka diberi petunjuk kepada ucapan-ucapan yang baik dan diberi petunjuk (pula) kepada jalan (Allah) yang terpuji”. (Qs.al-Hajj [22]:23-24)
Kelompok ini mengatakan: ayat ini juga mengisyaratkan bahwa setelah menempati surga, para penghuni surga dibimbing pada perkataan yang suci dan jalan yang terpuji. Jadi jelaslah bahwa baru akan dimulai jalan khusus di tempat tersebut dan jalan yang tidak ada gerak padanya adalah bukanlah jalan. Ayat ini mengatakan: Allah Swt  dengan nama “hamid” nya, orang-orang mukmin dan para pecinta dibawa pada ke tempat yang seharusnya mereka dibawa. Jadi tetap ada gerak di awâlim hasyr (alam-alam masyhar) dan di situ perjalanan kesempurnaan tetap berlanjut.[2]
Akan tetapi berdasarkan prinsip hikmah dan filsafat dalam menjawab pandangan ini, dapat dikatakan bahwa jiwa di hari kiamat telah sampai pada kesempurnaan tajarrud (non material); oleh itu di sana tidak terdapat kesempurnaan. Ayat-ayat juga telah dijelaskan atau penjelas tentang perkembangan wujud alam akhirat, atau dengan ungkapan Faidh Kasyani yang memaknainya sebagai raf’e mawâne’ (menghilangkan pelbagai halangan).[3] [iQuest]
 

[1]. Nahj al-Balâgha, Khutbah 42.
«اَلیوم عملٌ و لا حساب و غداً حساب و لا عمل»
[2]. Muhammad Suja’i, Qiyâm Qimat, hal. 101 dst..., Bunyad Andisyeh Jawan, Muassasah Farhanggi Danesy wa Andisye Ma’asir, Tehran, 1380.
[3]. “Alam akhirat bukanlah alam gerak menuju kesempurnaan, dan tidak mungkin memiliki rangkaian perjalanan menuju kesempurnaan, akan tetapi sumber siksaan jika berasal dari aksiden-aksiden sekunder maka ia akan akan hilang dalam substansi jiwa, itu pun bukan dikarenakan rangkaian perjalanan kesempurnaan.” Faidh Kasyani, Ushûl Ma’ârif, Muqaddimah, hal. 332, Daftar Tabligh Islam, Qum, Cetakan Ketiga, 1375 S. Untuk informasi lebih lanjut silahkan lihat Terjemahan Persia Tafsir al-Mizân, jil. 8, hal. 134; Majmu’-e Âtsâr Syahid Muthahhari, jil. 4, hal. 806; Syarh Zâd al-Musâfir, Sayyid Jalaluddin Asytiyani, hal. 93; Majmu’-e Maqâlât, Ayatullah Hasan Zadeh Amuli, hal. 172.
Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    259833 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    245601 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    229507 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    214293 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    175603 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    170983 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    167401 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    157463 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140313 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    133541 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...