Advanced Search
Hits
8075
Tanggal Dimuat: 2011/12/05
Ringkasan Pertanyaan
Apa saja rajahan yang terukir di cincin para Imam Maksum As?
Pertanyaan
Apa saja rajahan yang terukir di cincin para Imam Maksum As?
Jawaban Global
Sebelum menyebutkan rajahan cincin para Imam Maksum As kiranya Anda perlu mencermati dua poin berikut ini:
  1. Rajahan batu cincin, pilihan slogan-slogan, simbol keyakinan dan nilai-nilai yang diterima setiap orang; keyakinan-keyakinan yang menumbuhkan harapan dan semangat serta adanya pemihakan politis, kesemuanya mengajak pada beberapa seruan tertentu. Pada masa silam, para pemimpin agama dan insan-insan Ilahi membubuhkan ungkapan-ungkapan tertentu di atas batu cincin mereka dan sejarawan mencatat serta melaporkan rajahan tersebut.[1]
  2. Masing-masing Imam Maksum memiliki beragam cincin yang di atas batu cincinnya terdapat tulisan-tulisan tertentu dan terrajah – sebagaimana yang Anda perhatikan – kandungan dari tulisan-tulisan ini menunjukkan sandaran dan tawakkal para Imam Maksum As kepada Allah Swt serta penghambaan kepada-Nya sehingga dengan cara seperti ini mereka mengajak masyarakat kepada hakikat ini.
Dalam beberapa riwayat, rajahan batu cincin para Imam Maksum diukir dan dideskripsikan dengan redaksi-redaksi tertentu. Di sini kami akan menyebutkan beberapa dari redaksi-redaks tersebut sebagai contoh dan sebagian dari redaksi tersebut terdapat kesamaan pada para Imam Maksum As:
 
Rajahan Batu Cincin
  1. Imam Ali As: Tulisan yang terukir pada batu cincin Imam Ali As adalah sebagai berikut:
«اللَّهُ الْمَلِكُ‏ وَ عَلِیٌّ‏ عَبْدُه»
“Allah Swt Sang Penguasa dan Ali hamba-Nya.”[2]
Pada nukilan lainnya hanya tertulis:
«اللَّهُ‏ الْمَلِكُ»
“Allah Swt Sang Penguasa.”[3]
 
          Sementara redaksi lainnya yang terrajah pada batu cincin Imam Ali As adalah:
«أَسْنَدْتُ‏ ظَهْرِی‏ إِلَى‏ اللَّه»
“Aku sandarkan punggungku kepada Allah.”[4]
 
  1. Imam Hasan al-Mujtaba As: Ungkapan yang terukir pada batu cincin Imam Hasan As adalah:
«الْعِزَّةُ لِلَّهِ»
“Keagungan hanya untuk Allah Swt (semata).”[5]
 
«حَسْبِی اللَّه»
“Cukup bagiku Allah.” [6]
 
  1. Imam Husain al-Syahid As: Rajahan yang menghiasi batu cincin Imam Husain As adalah:
«حَسْبِی اللَّه»
“Cukup bagiku Allah.”[7]
 
«إِنَ‏ اللَّهَ‏ بالِغُ‏ أَمْرِه‏»
“Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya.”[8]
 
  1. Imam Ali Zainal Abidin al-Sajjad As: Ia mengenakan cincin Imam Husain yang berukir rajahan «إِنَ‏ اللَّهَ‏ بالِغُ‏ أَمْرِه‏» di tangannya.[9]
Demikian juga Imam Sajjad As memiliki cincin lainnya dengan rajahan lain seperti:
«وَ ما تَوْفِیقِی‏ إِلَّا بِاللَّه»
“Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah.”[10]
Dan
«خَزِی‏ وَ شَقِی‏ قَاتِلُ الْحُسَینِ بْنِ عَلِی»
“Celaka dan binasalah pembunuh al-Husain bin Ali.”[11]
 
  1. Imam Muhammad al-Baqir As: Ungkapan yang terukir pada batu cincin Imam Baqir As adalah:
«رَبِّ‏ لا تَذَرْنِی فَرْداً»
“Tuhanku! Jangan tinggalkan Aku seorang diri.”[12]
 
Sementara redaksi lainnya yang terrajah pada batu cincin Imam Baqir As adalah:
«الْقُوَّةُ لِلَّهِ‏ جَمِیعاً»
“Seluruh kekuatan hanya bagi Allah.”[13]
 
  1. Imam Ja’far al-Shadiq As: Rajahan yang menghiasi batu cincin Imam Husain As adalah:
«اللَّهُ‏ خالِقُ‏ كُلِ‏ شَی‏ء»
“Allah Swt Pencipta segala sesuatu.”[14]
 
Sementara redaksi lainnya yang terukir pada batu cincin Imam Baqir As adalah
«اللَّهُمَّ أَنْتَ‏ ثِقَتِی‏ فَقِنِی‏ شَرَّ خَلْقِك‏».
“Tuhanku! Engkau andalanku maka jagalah Aku dari kejahatan makhluk-Mu”[15]
 
  1. Imam Musa al-Kazhim As: Ungkapan yang terukir pada batu cincin Imam Musa Kazhim As adalah:
«الْمُلْكُ‏ لِلَّهِ‏ وَحْدَه».
“Kekuasaan (langit dan bumi) hanya semata milik Allah.”[16]
 
  1. Imam Ali al-Ridha As: Rajahan yang menghiasi batu cincin Imam Ridha As adalah:
«ما شاءَ اللَّهُ لا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ».
“Apapun yang dikehendaki Allah tiada kekuatan selain dari Allah.”[17]
 
  1. Imam Muhammad al-Jawad As: Rajahan yang menghiasi batu cincin Imam Husain As adalah:
«حَسبیَ اللهُ حافِظی».
“Cukuplah Allah sebagai penjagaku.”[18]
 
  1. Imam Ali al-Hadi As: Ungkapan yang terukir pada batu cincin Imam Hadi As adalah:
«الله رَبّی و هو عِصمَتی مِن خَلقِه»
“Allah Swt Pemeliharaku dan Dia tempat berlindungku dari makhluk-Nya.”[19]
 
Sementara redaksi lainnya yang tergurat pada batu cincin Imam Baqir As adalah
«حِفْظُ الْعُهُودِ مِنْ‏ أَخْلَاقِ‏ الْمَعْبُود»
“Menjaga ikrar (yang diikatnya dengan Allah Swt dalam halal dan haram) adalah akhlak para hamba Allah.”[20]
 
  1. Imam Hasan al-Askari As: Rajahan yang menghiasi batu cincin Imam Ridha As adalah
«سُبْحَانَ‏ مَنْ‏ لَهُ‏ مَقَالِيدُ السَّمَاوَاتِ وَ الْأَرْض».
“Mahasuci Allah Swt yang di tangan-Nya segala kunci-kunci langit dan bumi.”[21]
 
  1. Imam Muhammad al-Mahdi:  Ungkapan yang terukir pada batu cincin Imam Musa Kazhim As adalah:
«أنا حجة الله و خالصته»
“Aku adalah Hujjah Allah dan Khalish[22]-Nya.”[23]
 
Dan sesuai nukilan lainnya tertulis:
«أنا حجّة الله»
“Aku adalah Hujjah Allah.”[24]
 
Akan tetapi terdapat nukilan ragam riwayat lainnya terkait dengan rajahan batu cincin para Imam Maksum yang dapat Anda rujuk pada literatur-literatur hadis dan sejarah yang terkait dengan sirah para Imam Maksum As. [iQuest]
 
Untuk telaah lebih jauh pahala mengenakan cincin kami persilahkan Anda untuk menelaah Indeks: Pahala dan Kegunaan Cincin dan Batu-batu Cincin, Pertanyaan 1797 (Site: 1962).
 

[1]. Ali Asghar Qurbani, Imâm Kazhim As az Didgâh Ahlisunnah, hal. 15, Markaz Pazyuhesy-hai Islami Sheda wa Sima, Tehran, 1385 S.
[2]. Muhamad Hasan Syarif Radhi, Khasâish al-Aimmah As (Khasâsih Amirul Mukminin As), Riset dan edit oleh Muhammad Hadi Amini, hal. 39, Astan Quds Radhawi, Masyad, Cetakan Pertama, 1406 H; Yahya bin Hasan Ibnu Bithriq, ‘Umdah ‘Uyun Shihâh al-Akhbâr fi Manâqib Imâm al-Abrâr, hal. 31, Jamiah Mudarrisin, Qum, Cetakan Pertama, 1407 H.  
[3]. Muhammad Ya’kub Kulaini, al-Kâfi, Riset dan edit oleh Ali Akbar Ghaffari dan Muhammad Akhundi, jil. 6, hal. 473, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Tehran, Cetakan Keempat, 1407 H.  
[4]. Sayid Murtadha Firuz Abadi, Fadhâil Panj Tan As dar Shihâh Syisgâneh Ahlusunnah, terjemahan Persia Muhammad Baqir Sa’idi, jil. 1, hal. 344, Nasyr Piruz Abadi, Qum, Cetakan Pertama, 1374 S.  
[5]. Al-Kafi, jil. 6, hal. 474; Muhammad bin Ali, Syaikh Shaduq, ‘Uyun Akhbâr al-Ridhâ, Riset dan edit oleh Mahdi Lajuardi, jil. 2, hal. 56, Nasyr Jahan, Tehran, Cetakan Pertama, 1378 H.  
[6]. Al-Kâfi, jil. 6, hal. 473.  
[7]. Ibid.  
[8].  ‘Uyun Akhbâr al-Ridhâ As, jil. 2, hal. 56; al-Kâfi, jil. 6, hal. 474.  
[9]. Al-Kâfi, jil. 6, hal. 474.  
[10]. Muhamad Baqir Majlisi, Bihâr al-Anwâr, jil. 46, hal. 14, Dar Ihya al-Turats al-‘Arabi, Beirut, Cetakan Kedua, 1403 H.  
[11]. Ibid, hal. 474; Muhamad bin Ali, Syaikh Shaduq, Al-Âmâli, hal. 131, Nasyr Kitabci, Tehran, Cetakan Keenam, 1376 S.  
[12]. Bihâr al-Anwâr, jil. 46, hal. 345.  
[13]. Ali bin Isa Arbili, Kasyf al-Ghummah fi Ma’rifat al-Aimmah, Riset dan edit oleh Hasyim Rasuli Mahallati, jil. 2, hal. 133, Nasyr Bani Hasyim, Tabriz, Cetakan Pertama, 1381 H.
[14]. Al-Kâfi, jil. 6, hal. 473.
[15]. Al-Kâfi, jil. 6, hal. 473. Dalam beberapa literatur lainnya disebutkan «ربّ أَنْتَ‏ ثِقَتِي‏ فَقِنِي‏ شَرَّ خَلْقِك»; Husain bin Muhamad Taqi Nuri, Mustadrak al-Wasâil wa Mustanbith al-Masail, jil. 3, hal. 302, Muassasah Alu al-Bait As, Qum, Cetakan Pertama, 1408 H; demikian juga disebutkan redaksi lainnya «رَبِّ يَسِّرْ لِی أَنْتَ‏ ثِقَتِي‏ فَقِنِی‏ شَرَّ خَلْقِك»; Nu’man bin Muhamad Ibnu Hayyun, Da’âim al-Islâm, Riset dan edit oleh Ashif Faidhi, jil. 2, hal. 165, Muasasah Alu al-Bait As, Qum, Cetakan Kedua, 1385 H.  
[16]. Bihâr al-Anwâr, jil. 48, hal. 11.  
[17]. Al-Kâfi, jil. 6, hal. 474.  
[18]. Hasan bin Fadhl Thabarsi, Makârim al-Akhlâk, hal. 91, Nasyr Syarif Radhi, Qum, Cetakan Keempat, 1412 H.
[19]. Riyâdh al-Abrâr fi Manâqib al-Aimmah al-Athhâr, jil. 2, hal. 460.  
[20]. Sayid Tajuddin Husaini Amili, al-Tatimmah fi Tawârikh al-Aimmah As, hal. 136, Nasyr Bi’tsah, Qum, Cetakan Pertama, 1412 H; Bihâr al-Anwâr, jil. 50, hal. 117.  
[21]. Bihâr al-Anwâr, jil. 50, hal. 238.  
[22]. Yang telah memurnikan atau dimurnikan untuk Allah Swt. 
[23]. Ali Yazdi Hairi, Ilzâm al-Nâshib fi Itsbât al-Hujjah al-Ghaib Ajf, Riset dan edit oleh Ali Asyur, jil. 1, hal. 428, Muassasah al-A’lami, Beirut, Cetakan Pertama, 1422 H; Mirza Husain Muhaddits Nuri, Najm al-Tsâqib fi Ahwâl al-Imâm al-Ghaib, jil. 1, hal. 101, Nasyr Masjid Jamkaran, Qum, Cetakan Kesepuluh, 1384 S.  
[24]. Syaikh Abbas Qummi, Muntahâ al-Âmâl, jil. 3 hal. 1975, Nasyr Dalil Ma, Qum, Cetakan Pertama, 1379 S.
 
Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    259859 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    245625 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    229527 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    214319 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    175622 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    171001 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    167422 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    157486 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140334 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    133556 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...