Hits
13446
Tanggal Dimuat: 2011/04/21
Kode Site fa4814 Kode Pernyataan Privasi 13616
Ringkasan Pertanyaan
Apakah ucapan ini “Nabi Muhammad Saw menciptakan Adam As dengan izin Allah Swt” ada benarnya?
Pertanyaan
Apakah ucapan ini “Nabi Muhammad Saw menciptakan Adam As dengan izin Allah Swt” ada benarnya?
Jawaban Global

Seluruh eksisten di alam ini memiliki dua entitas. Pertama entitas ilmi (konsep) dan disebut sebagai entitas cahaya di sisi Allah Swt. Kedua, entitas aini (luaran) seperti entitas di alam materi bagi eksisten-eksisten material. Adanya entitas nuri (cahaya) Rasulullah Saw pada entitas ilmi tersebut lantaran keuniversalan dan keunggulan entitas Rasulullah Saw. Entitas cahaya Rasulullah Saw telah ada sebelum segala eksisten dan menjadi media bagi teralisirnya entitas nuri dan sebagai ikutannya entitas luaran (aini) eksisten-eksisten lainnya. 

Namun jelas entitas aini (luaran) dan material Rasulullah Saw berada setelah wujud material dan aini Nabi Adam As bahkan dari sudut pandang ini, entitas Nabi Adam merupakan media bagi terealisirnya wujud Nabi Muhammad Saw.

Jawaban Detil

Dalam menjelaskan jawaban atas pertanyaan ini kiranya kami perlu menyebutkan beberapa poin sebagai berikut:

Pertama, seluruh eksisten di alam memiliki dua entitas. Pertama entitas ilmi yang berada di sisi Allah Swt yang disebut sebagai entitas cahaya (nuri). Kedua, entitas luaran (aini) seperti entitas di alam materi bagi seluruh entitas material. Entitas cahaya Rasulullah Saw telah ada sebelum segala eksisten dan menjadi media bagi teralisirnya entitas nuri dan sebagai ikutannya entitas luaran (aini) eksisten-eksisten lainnya.

Dalam menjelaskan hal ini, terlepas dari dalil-dalil rasional dan eksplanasi irfani [1] juga terdapat dalil-dalil referensial (naqli) yang akan kami singgung sebagian di sini:

1.     Allah Swt dalam al-Qur’an menitahkan kepada Rasul-Nya untuk memprolamirkan bahwa,   Aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).”   (Qs. Al-An’am [6]:163) Yang dimaksud sebagai pertama (awwal) pada ayat ini adalah pertama secara tingkatan dan derajat bukan pertama dari sudut pandang dan urutan waktu. Karena apabila yang dimaksud adalah pertama secara urutan waktu maka setiap nabi dalam kaitannya dengan kaumnya adalah “awwal al-muslimin” (orang yang pertama berserah diri) dan para nabi sebelumnya juga lebih utama atas ayat ini. Bahwa Allah Swt hanya berfirman kepada Nabi Muhammad Saw untuk berkata, “Saya bertugas untuk menjadi orang pertama yang berserah diri (Muslim).” Hal itu dikarenakan bahwa Nabi Muhammad Saw adalah keluaran pertama (shâdir al-awwâl) atau penampakan pertama (zhâhir al-awwâl). [2]

2.     Pada sebagian riwayat disebutkan bahwa Nabi Saw bersabda, “Makhluk pertama yang diciptakan Allah Swt adalah cahayaku.” [3] Riwayat ini menyinggung pada emanasi non-materi dan non-natural Nabi Muhammad Saw.

3.     Rasulullah Saw bersabda, “Aku adalah nabi selagi Adam di antara air dan lempung.” [4] Jelas bahwa yang dimaksud dengan beberapa riwayat ini bukanlah emanasi material dan elemental Nabi Saw.

4.     Dalam beberapa riwayat para maksum yang disebutkan dengan judul “Nur wa Makhluk Awwâl” (Cahaya dan Makhluk Pertama) juga menyinggung pada persoalan ini bahwa Allah Swt menciptakan segala sesuatu dan kesempurnaan eksistensial dari cahaya-Nya. Artinya wujud dan entitas adalah kebaikan (khair) dan setiap entitas dari sisi eksistensinya – terlepas dari batasan-batasan dan kekurangan-kekuranganya – adalah kebaikan (khair). Atas dasar ini, seluruh maujud dan seluruh entitas serta kesempurnaan eksistensial adalah pancaran-pancaran dan penampakan-penampakan makluk pertama ini dan merupakan cahaya para maksum. Dan seluruh makhluk pada ragam tingkatan (berikutnya) adalah manifestasi-manifestasi cahaya ini.

5.     Dengan kata lain, cahaya maksum adalah penyebab adanya entitas-entitas lainnya. Dan entitas-entitas lainnya adalah efek dan bentuk-bentuk turunan hakikat ini pada pelbagai ragam dan jenis tingkatan.

6.     Nabi Muhammad Saw dalam sebuah hadis yang lumayan panjang menyinggung hakikat ini secara lugas, “Arsy dicipta dari cahaya Rasulullah Saw; para malaikat terwujud dari cahaya Ali As; langit-langit dan bumi direka dari cahaya Fatimah As; Matahari dan bulan muncul dari cahaya Imam Hasan As; Surga dan bidadari mengada dari cahaya Imam Husain As dan seterusnya..” [5]

Namun kendati pada riwayat ini, arsy dicipta dari cahaya Rasulullah Saw namun kita memiliki beberapa riwayat yang menunjukkan hakikat ini bahwa “makhluk pertama” selagi ia merupakan satu hakikat dan entitas tunggal adalah hakikat seluruh empat belas maksum; di samping merupakan hakikat Rasulullah Saw ia juga merupakan hakikat satu per satu keluarga maksum Rasulullah Saw. Mereka pada suatu saat merupakan satu hakikat tunggal mereka juga berbilang. Kesemuanya merupakan penampakan-penampakan ruh tunggal dan hakikat yang satu. Seperti riwayat ini, Jabir bin Abdullah menukil dari Imam Muhammad Baqir As yang bersabda, “Allah Swt telah menciptakan empat belas cahaya dari cahaya agung-Nya empat belas ribu tahun sebelum penciptaan Adam kemudian empat belas cahaya itu adalah ruh-ruh kami.” Jabir berkata, “Saya bertanya kepada Imam Baqir ihwal nama-nama empat belas cahaya tersebut.” Beliau bersabda, “Muhammad, Ali, Fatimah, Hasan, Husain dan sembilan keturunan Husain yang kesembilannya adalah Qaim (orang yang akan bangkit untuk menegakkan keadilan) kami.” [6] Imam Muhammad Baqir As bersabda, “Wahai Jabir! Makhluk pertama yang diciptakan Allah Swt adalah Muhammad dan keluarganya yang mendapat petunjuk. Oleh itu mereka adalah asybah (bayangan-bayangan) cahaya di hadapan Allah Swt. Jabir berkata, “Saya berkata asybah itu apa? Imam Muhammad Baqir As bersabda, “Bayangan cahaya, badan-badan cahaya tanpa ruh yang menyokong ruh tunggal dan ia adalah ruh al-qudus..” [7]

Riwayat ini dengan penegasan sempurna menyatakan, “Mereka adalah badan-badan cahaya yang tidak memiliki ruh yang banyak; melainkan penyokong satu ruh dan ruh itu adalah ruh al-qudus dan dengan baik menjelaskan bahwa hakikat ruh dan jiwa seluruhnya adalah satu dan penampakan-penampakan (badan-badan cahaya atau bayangan-bayangan cahaya) yang berbilang.

Apa yang kita baca pada ziarah Jami’ah “wa anna arwahakum wa thinatakum wahidatun.” (Dan sesungguhnya arwah dan bahan dasar kalian adalah satu) menyinggung hakikat ini bahwa empat belas maksum adalah satu cahaya dan dari sisi ini mereka memiliki persatuan. Persatuan (ittihad) ini – yang juga merupakan perbedaan (ghairiyyat) – tidak hanya terdapat pada awal penciptaan namun pada sistem materi dan kehidupan duniawi dan hakikat mereka adalah satu dan mereka di samping memiliki bilangan bentuk dan penampakan antara satu dengan yang lain namun hakikat mereka satu dan menyatu.

Karena itu, ungkapan yang dilontarkan dalam pertanyaan, dengan apa yang terdapat pada ayat-ayat dan riwayat-riwayat, sesuai dan ada benarnya. Namun hal ini berbeda dengan ungkapan “Nabi Muhammad As menciptakan Nabi Adam As dengan izin Allah Swt.”

Kedua, wujud aini (luaran) dan material Nabi Saw bersumber dari wujud material dan luaran Nabi Adam bahkan wujud Nabi Adam merupakan media terealisirinya wujud Nabi Saw. [IQuest]

 

Untuk telaah lebih jauh kami persilahkan Anda untuk melihat pertanyaan No. 12061 (Site: 11843) Indeks, Penciptaan Jasmani Nabi Adam dan 12402 (Site: 12169) indeks Qur’an dan Penciptaan Manusia.



[1] . Paigah-e Hauzah, Bakhsy Pursesy wa Pasukh, Dar Mauride Khelqat-e Hadhrat Muhammad Saw qabl az Hadhrat Adam (Ihwal Penciptaan Nabi Muhammad Saw sebelum Nabi Adam As).

[2] . Tafsir Maudhui Qur’an Karim , jil. 8, hal. 30-31, Ayatullah Abdullah Jawadi Amuli.  

[3] . Bihâr al-Anwâr , Allamah Majlisi, jil. 1, hal. 97, Bab 2, Haqiqat al-Aql wa Kaifiyatuhu, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Teheran.   

[4] . Bihâr al-Anwâr , jil. 16, hal. 402, Bab 12, Nadir fî al-Lathâif fi Fadhl Nabiyyinâ.  

[5] . Al-Mizân , Allamah Thabathabai, terjemahan Persia al-Mizan, Sayid Muhammad Baqir Musawi Hamadani, jil. 1, hal. 121, Daftar Intisyarat-e Islami.   

[6] . Al-Anwâr al-Sâthi’ah , Syaikh Jawad bin Abbas al-Karbalai, jil. 4, hal. 259, Dar al-Hadits Qum, Tanpa Tahun.

[7] . Bihâr al-Anwâr , jil. 25, hal. 4.

Terjemahan dalam Bahasa Lain