Hits
10509
Tanggal Dimuat: 2013/11/27
Ringkasan Pertanyaan
Apakah Aisyah memusuhi Imam Ali As sepanjang hidupnya?
Pertanyaan
Dalam beberapa literatur Syiah diriwayatkan bahwa Aisyah memusuhi Ali bin Abi Thalib dan membagi-bagikan uang kepada musuh-musuhnya. Dalam riwayat itu disebutkan bahwa Hafshah dan Aisyah telah meracuni Rasulullah dan mengumpulkan uang lalu membagi-bagikan pada orang-orang yang membenci Ali. Apakah riwayat ini ada benarnya?
Jawaban Global
Dengan penelusuran dalam beberapa literatur Syiah dan Sunni tidak ditemukan riwayat yang menyebutkan bahwa Aisyah membagi-bagikan uang kepada para musuh Imam Ali As.
Adapun terkait dengan permusuhan dan konflik Aisyah dengan Imam Ali As dinukil dalam beberapa literatur Sunni dari lisan Aisyah sendiri. Literatur-literatur Syiah pun sekiranya ada yang mengutip tentang itu maka riwayat tersebut bersumber dan bersandar pada literatur-literatur Sunni.
Pandangan Syiah terkait dengan Aisyah tidak begitu positif dan hal itu disebabkan perilaku dan tindakan-tindakan yang dilakukannya pada masa Rasulullah Saw dan setelahnya khususnya pada masa pemerintahan Amirul Mukminin As.
Di antara beberapa hal yang pada umumnya ulama Syiah dan Sunni mengutip dari Aisyah bahwa ia senantiasa bersikap tidak fair kepada Imam Ali sebagaimana yang Anda dapat perhatikan pada beberapa hal berikut ini:
  1. Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah bin Mas’ud meriwayatkan dari Aisyah; tatkala Rasulullah Saw dalam kondisi sakit di rumah Aisyah, terdapat dua orang kerabatnya yang berada di tempat itu, salah seorangnya adalah Fadhl bin Abbas dan seorang lagi yang datang dari luar. Ubaidillah setelah itu menukil untuk Ibnu Abbas dan ia berkata, “Apakah engkau tahu siapa pria itu?” Tatkala Ubaidllah menjawab tidak tahu, ia berkata, “Pria itu adalah Ali bin Abi Thalib.”[1] Namun Aisyah tidak dapat menceritakan tentang kebaikan Ali As dan menyebut keutamaannya.[2]
  2. Tatkala berita tentang kesyahidan Imam Ali As sampai di Madinah, Aisya begitu gembira tatkala mendengar kabar ini dan mendendangkan syair.[3] Padahal sesuai dengan nukilan Ahlusunnah sendiri Imam Ali adalah salah seorang dari ‘asyarah mubassyarah (sepuluh orang yang dijamin surga).[4] Dan Aisyah tidak selayaknya meluapkan kegembiraan sedemikian rupa dan bertindak seperti ini.
 
Dan beberapa riwayat lainnya yang dikutip dalam beberapa literatur Sunni. Nukilan-nukilan ini tidak terkhusus dalam literatur-literatur Syiah sehingga harus dipersoalkan mengapa Syiah meriwayatkan hal-hal seperti ini terkait dengan Aisyah?
Di samping itu, apabila kita mencermati riwayat-riwayat semacam ini; sumber periwayatan hal-hal seperti ini adalah Aisyah sendiri sehingga konsekuensinya ucapan-ucapannya ini dikutip oleh orang banyak dan permusuhan serta pertikaiannya dengan Imam Ali As sehingga tersebar luas di tengah masyarakat. Sebagaimana Syaikh Mufid terkait dengan riwayat-riwayat semacam ini berkata, “(Riwayat-riwayat ini) disampaikan oleh Aisyah sendiri yang menyatakan permusuhan dan kebenciannya kepada Ali. Katakanlah klaim-klaim ini benar adanya, (sejatinya) Imam Ali tidak menghendaki demikian terjadi kecuali kebaikan bagi Allah dan Rasul-Nya serta upaya menjalankan perintah Rasulullah dan bersegera dalam menjalankan perintahnya.”[5] [iQuest]
 
Terkait dengan nukilan-nukilan yang berkaitan dengan Hafsah dan Aisyah kami persilahkan Anda untuk menelaah beberapa indeks berikut ini:
Mengkaji Riwayat Asbabun Nuzul Ayat-ayat Permulaan Surah al-Tahrim, 28233.
Beberapa Pandangan Syiah terkait dengan Aisyah, Pertanyaan 4523.
Aisyah dan Perang Jamal
Kisah Ifk, Ayat-ayat 23 sampai 26 Surah al-Nur
 

[1]. Abu Bakar Ahmad bin Husain Baihaqi, Dalâil al-Nubuwwah wa Ma’rifat Ahwâl Shâhib al-Syari’ah, Riset oleh Abdul Mu’thi Qal’aji, jil. 7, hal. 191, Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, Beirut, Cetakan Pertama, 1405 H; Muhammad bin Sa’ad Ibnu Sa’ad Katib Waqidi , al-Thabaqât al-Kubrâ, Riset oleh Muhammad Abdul Qadir ‘Atha, jil. 2, hal. 169, Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, Beirut, Cetakan Pertama, 1410 H; Taqiyuddinn Maqrizi, Imtâ’ al-Asmâ’ bimâ Linnabi min al-Ahwâl wa al-Amwâl wa al-Hafadah wa al-Matâ’, Riset oleh Muhammad Abdul Hammid Numaisi, jil. 14, hal. 438, Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah Beirut, Cetakan Pertama, 1420 H.
[2]. Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad Syaibani, Musnad Ahmad, Riset oleh Syuaib al-Arnuth, Adil Mursyid, et al, Isyraq, Turki, Abdullah bin Abdul Muhsin, jil. 40, hal. 67, Muassasah al-Risalah, Beirut, Cetakan Pertama, 1421 H; Ahmad bin Ali, Ibnu Hajar al-Asqalani, Fath al-Bâri fi Syarh Shahih al-Bukhâri, jil. 2, hal. 156, Dar al-Ma’rifah, Beirut, 1379 H; Syaikh Mufid, al-Jamal wa al-Nashr Lisayyid al-Itrah fi Harb al-Bashrah, Riset dan Edit oleh Ali Mir Syarifi, hal. 158, Kongre Syaikh Mufid, Qum, Cetakan Pertama, 1413 H.
[3]. Silahkan lihat, Abu Ja’far Muhammad bin Jarir al-Thabari, Târikh al-Umam wa al-Muluk (Târikh Thabari), Riset oleh Muhammad Abu al-Fadhl Ibrahim, jil. 5, hal. 150, Dar al-Turats, Beirut, Cetakan Kedua, 1387 H; Abu Ali Miskawai Razi, Tajarib al-Ummam, Riset oleh Abu al-Qasim Imami, Surush, Teheran, Cetakan Kedua, 1379 S; Abu Sa’ad Abi Mansur bin Husain, Natsr al-Durar fi al-Muhadharat, Riset oleh Khalid Abdul Ghani Mahfuzh, jil. 4, hal. 17, Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, Beirut, Cetakan Pertama, 1424 H.  
[4]. Silahkan lihat,  “Kajian Riwayat Berita Gembira Surga kepada Sepuluh Orang Sahabat Rasulullah Saw,” Pertanyaan 38389.
[5]. Al-Jamal wa al-Nashr Lisayyid al-Itrah fi Harb al-Bashrah, hal. 158.  
Terjemahan dalam Bahasa Lain