Hits
7718
Tanggal Dimuat: 2013/06/22
Kode Site id22318 Kode Pernyataan Privasi 36768
Ringkasan Pertanyaan
Apakah benar bahwa setelah bersin; apabila disebutkan dzikir tertentu Allah Swt akan menciptakan sebuah makhluk yang akan senantiasa beristighfar untuknya hingga hari kiamat?
Pertanyaan
Apakah hadis ini ada benarnya? Bagaimana Anda membenarkan teks hadis berikut: Dari Abi Abdillah berkata : Barangsiapa bersin meletakkan tangan di belakang hidungnya kemudian berkata: "Alhamdulillah rabbil 'alamin….. (Segala puji bagi Allah Robbul Alaimin, Segala Puji Bagi Allah, aku memujinya dengan pujian yang banyak, yang layak bagi Allah yang Maha Terpuji, Sholawat dan salam pada Nabi yang Ummi beserta keluarganya, maka keluarlah seekor burung kecil sebesar lalat dari lubang hidung kiri dan terbang ke Arsy memintakan ampun pada orang tersebut sampai hari kiamat (Al Kâfi: 2/481).
Jawaban Global
Bersin adalah salah satu reaksi natural badan manusia. Fenomena bersin boleh jadi berlaku pada setiap manusia dan berakhir hingga beberapa waktu; tanpa menyisakan pengaruh spiritual tertentu.
Namun Islam dan mazhab Ahlulbait As, dengan sebagian instruksi yang dijelaskan amalan yang sepintas sederhana seperti ini diubah menjadi media untuk memperoleh pahala dan ganjaran ukhrawi.
Dalam riwayat muktabar disebutkan apabila manusia setelah selesai bersin menyebutkan dzikir tertentu maka Allah Swt akan menciptakan seekor burung kecil untuk membacakan istighfar baginya hingga hari kiamat.
 
Jawaban Detil
Bersin adalah salah satu reaksi natural badan manusia. Fenomena bersin boleh jadi berlaku pada setiap manusia dan berakhir hingga beberapa waktu; tanpa menyisakan pengaruh spiritual tertentu.
Namun Islam dan mazhab Ahlulbait As, dengan sebagian instruksi yang dijelaskan amalan yang sepintas sederhana seperti ini diubah menjadi media untuk memperoleh pahala dan ganjaran ukhrawi. Di samping itu, akan menciptakan dan mengukuhkan jalinan persahabatan dan persaudaraan di antara masyarakat.
Dalam banyak riwayat disebutkan, "Katakanlah:
یَرحَمُکَ الله
"Yarhamukumullah" kepada orang yang bersin; yang bermakna doa semoga Allah Swt melimpahkan rahmat-Nya kepadamu. Alam menjawab seseorang yang bersin berkata:
یَغْفِرُ اللَّهُ لَکُمْ وَ یَرْحَمُکُم
"Yaghfirullahu lakum wa yarhamukum"[1] semoga Allah Swt mengampunimu dan melimpahkan rahmat-Nya kepadamu. Tatkala memohon rahmat dan ampunan saling bertukar di antara dua orang atau beberapa orang tentu sangat berpengaruh pada lekatnya hati antara satu sama lain.
Demikian juga dzikir-dzikir pada sebagian riwayat tentang seseorang yang bersin bahwa apabila diucapkan olehnya, akan banyak menuai pahala dan ganjaran spiritual yang melimpah. Di antaranya sebuah riwayat yang disebutkan pada teks pertanyaan di atas: "Muhammad bin Yahya dari Ahmad bin Muhammad dari Qasim bin Yahya dari datuknya Hasan bin Rasyid, dari Imam Shadiq As dinukil bersabda, "Barang siapa yang bersin dan meletakkan tangannya di atas tulang hidungnya dan berkata:
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعالَمِینَ الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْداً کَثِیراً کَمَا هُوَ أَهْلُهُ
وَ صَلَّى اللَّهُ عَلَى مُحَمَّدٍ النَّبِیِّ وَ آلِهِ وَ سَلَّمَ
"Alhamdulillah Rabbil 'alamin alhamdulillah hamdan katsiran huwa ahluhu washallallahu 'ala Muhammadin wa Ali wa Sallim" maka keluarlah seekor burung kecil sebesar lalat dari lubang hidung kiri dan terbang ke Arsy memintakan ampun pada orang tersebut sampai hari kiamat."[2]
 
Sanad hadis
  1. Muhammad bin Yahya al-'Atthar Qummi: Najasyi menyebutnya dengan penuh penghormatan dan menyebutnya sebagai tsiqah (terpercaya) dan katsir al-hadits (banyak menukil hadis).[3]
  2. Ahmad bin Muhammad bin Isa Asy'ari: Ia dalah salah seorang pembesar Asy'ari di Qum dimana Syaikh Thusi menilainya sebagai tsiqah dalam hadis.[4]
  3. Qasim bin Yahya: Najasyi dan Syaikh Thusi meski menyebut namanya namun keduanya tidak berbicara tentang tautsiq (memandangnya terpercaya) atau tadh'if-nya (melemahkannya). Benar! Ibnu Ghadhairi menilainya sebagai lemah (dhaif)[5] dimana dengan mengingat tiadanya tadh'if dari Najasyi dan Thusi, maka tadh'if Ghadhairi tidak memiliki tempat.
  4. Hasan bin Rasyid: Syaikh Thusi dalam "Al-Fahrast"[6] dan al-Abwab[7] tidak menyebutkan tentang pujian (madh) atau celaan (zhamm) terhadapnya namun Ibnu Ghadhairi[8] menilainya sebagai orang lemah (dhaif) dalam riwayat!
 
Dengan memperhatikan beberapa poin di atas dapat disimpulkan bahwa riwayat di atas dapat diterima dari sisi sanad.
 
Matan hadis:
Sehubungan dengan matan hadis terdapat beberapa poin yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
  1. Hadis berada pada tataran menjelaskan pengaruh kasat mata (penciptaan burung dengan ciri-ciri lahirnya dan istighfarnya bagi orang yang bersin) sehingga orang yang mendengarkan dapat menciptakan jalinan hubungan yang lebih dekat dengan matan hadis. Boleh jadi dapat dikatakan bahwa penjelasan ini berperan positif dalam memotivasi orang-orang untuk beramal dengan kandungan hadis ini.
  2. Hadis sama sekali tidak berada pada tataran menjelaskan satu masalah biasa; artinya tentu saja bahwa makhluk seperti ini tidak kita lihat secara kasat mata dan pada dasarnya kesimpulan yang diambil oleh periwayat dan lainnnya dari hadis ini, bukanlah kesimpulan yang bersifat material lantaran kalau tidak demikian Imam Shadiq As akan ditanya, "Bagaimana hal ini mungkin terjadi?" Kami tidak menyaksikan makhluk seperti ini."
  3. Indikasi lainnya yang menetapkan bahwa burung yang dimaksud bukanlah makhluk material, melainkan bahwa manusia setelah bersin, tidak sempat mengucapkan dzikir ini, tentu saja makhluk seperti ini tidak akan diciptakan. Karena itu, penciptaan makhluk dengan ciri-ciri seperti ini, setelah mengucapkan dzikir yang disebutkan dalam riwayat. Artinya pengaruh dzikir yang merupakan pengaruh spiritual berperan dalam menciptakan sebuah makhluk non-material.
  4. Pengertian dan kandungan riwayat ini tidak berseberangan dengan masalah-masalah keyakinan; karena Allah Swt memiliki kekuasaan yang memadai untuk menciptakan makhluk semacam ini dan memeliharanya serta mengucapkan istighfar hingga hari kiamat.
  5. Makna riwayat ini ditegaskan dengan perantara riwayat-riwayat lainnya. Kita memiliki beberapa riwayat yang menyebutkan tentang pahala-pahala berkat sebuah amalan saleh atau ucapan dzikir-dzikir khusus; seperti Rasulullah Saw bersabda, "Barang siapa yang menangis dikarenakan takut kepada Allah maka Allah Swt akan menganugerahkan sebuah istana atas setiap tetesan air matanya di surga."[9]  Dan persis seperti sabda Rasulullah Saw ini juga disebutkan pada sebagian literatur Ahlulbait As.[10] Dari bukti-bukti seperti ini juga dapat disaksikan  dalam literature-literatur riwayat.[11] [iQuest]
 

[1]. Muhammad Ya'qub Kulaini, al-Kâfi, Diriset dan diedit oleh Ali Akbar Ghaffari dan Muhammad Akhundi, jil. 2, hal. 655, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Teheran, Cetakan Keempat, 1407 H.
[2]. Al-Kâfi, jil. 2, hal. 657.
«عَنْ أَبِی عَبْدِ اللَّهِ(ع) قَالَ: مَنْ عَطَسَ ثُمَّ وَضَعَ یدَهُ عَلَى قَصَبَةِ أَنْفِهِ ثُمَّ قَالَ‏ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعالَمِینَ الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْداً کَثِیراً کَمَا هُوَ أَهْلُهُ وَ صَلَّى اللَّهُ عَلَى مُحَمَّدٍ النَّبِی وَ آلِهِ وَ سَلَّمَ خَرَجَ مِنْ مَنْخِرِهِ الْأَیسَرِ طَائِرٌ أَصْغَرُ مِنَ الْجَرَادِ وَ أَکْبَرُ مِنَ الذُّبَابِ حَتَّى یسِیرَ تَحْتَ الْعَرْشِ یسْتَغْفِرُ اللَّهَ لَهُ إِلَى یوْمِ الْقِیامَةِ»
[3].  Ahmad bin Ali Najasyi, Fahrast Asmâ Mushannif al-Syiah (Rijâl Najâsyi), hal. 353, Daftar Intisyarat Islami, Qum, Cetakan Keenam, 1365 S.
[4]. Muhammad bin Hasan, Syaikh Thusi, Al-Abwâb (Rijâl Thusi), hal. 351, Intisyarat Haidariyyah, Najaf, 1381 H.
[5]. Ahmad bin Ghadhairi, Kitab al-Dhua'fa, hal. 86, Muassasah Ismailiyyan, Qum, 1364 H.
[6]. Muhammad bin Hasan, Syaikh Thusi, al-Fahrast, hal. 137, al-Maktabah al-Murtadhawiyah, Najaf Asyraf, Tanpa Tahun.
[7]. Al-Abwâb (Rijâl Thusi), hal. 181.
[8]. Kitab al-Dhua'fa, hal. 49.
[9]. Syaikh Shaduq, Man La Yahdhuruh al-Faqih, jil. 4, hal. 17, Daftar Intisyarat Islami, Qum, Cetakan Kedua, Diriset dan diedit oleh Ali Akbar Ghaffari, 1413 H.
«...وَ مَنْ ذَرَفَتْ عَینَاهُ مِنْ خَشْیةِ اللَّهِ عَزَّ وَ جَلَّ کَانَ لَهُ بِکُلِّ قَطْرَةٍ قَطَرَتْ مِنْ دُمُوعِهِ قَصْرٌ فِی الْجَنَّةِ مُکَلَّلًا بِالدُّرِّ وَ الْجَوْهَرِ فِیهِ مَا لَا عَینٌ رَأَتْ وَ لَا أُذُنٌ سَمِعَتْ وَ لَا خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ...»
[10]. Ibn Abi Usamah (Tamimim Baghdai Khashib), Abu Muhammad Harits bin Muhammad, Baghiyat al-Bâhits 'an Zawaid Musnad al-Harits, Diriset oleh Husainn Ahmad Shaleh Bakiri, jil, 1, hal. 309, Markaz Khidmat al-Sunnah wa al-Sirah al-Nabawiyah, al-Madinah al-Munawwarah, Cetakan Pertama, 1413 H.
[11]. Pada hadis panjang ini nampak beberapa hal yang termasuk dari bagian ini.
Terjemahan dalam Bahasa Lain