Qadha dan qadar Ilahi terbagi menjadi dua bagian: Qadha dan qadar ilmi dan aini.
[1]
Qadha dan Qadar Ilmi
Yang dimaksud dengan
qadha ilmi adalah mengetahui kemestian terjadinya sesuatu ketika sebab-sebabnya tersedia; artinya Tuhan mengetahui semenjak azal bahwa segala sesuatu dalam kondisi tertentu dan pusaran mekanisme kausalitas dan sebab-akibat akan mengada.
[2]
Adapun yang dimaksud dengan
qadar ilmi adalah sebelum penciptaan Allah Swt mengetahui tipologi, batasan dan sifat-sifat ciptaan. Karena itu, yang yang dimaksud dengan takdir ilmi adalah Allah Swt mengetahui semenjak azal setiap makhluk memiliki ciri apa, tipologi apa dan sifat-sifat seperti apa.
[3]
Singkatnya ilmu Tuhan sebelumnya terhadap kemestian adanya segala sesuatu dan tipologinya itulah yang dimaksud dengan
qadha dan
qadar ilmi.
Qadha dan Qadar Aini
Yang dimaksud dengan
qadar aini adalah bahwa Allah Swt menciptakan setiap makhluk berdasarkan ukuran, syarat, tipologi dan kemampuan tertentu.
[4]
Adapun yang dimaksud dengan
qadha aini adalah bahwa Allah Swt memberikan kemestian eksistensial kepada makhluk-makhluk-Nya dan melalui kanal hukum kausalitas kemudian makhluk-makhluk tersebut memiliki entifikasi luaran.
[5] Tuntutan
qadha aini Ilahi adalah terwujudnya fenomena-fenomena semenjak awal hingga akhir usia, bahkan tatkala tersedianya pendahuluan-pendahuluan sebelum mengadanya, berada di bawah pengaturan Ilahi dan disandarkan kepada-Nya.
Qadha dan
qadar aini – berbeda dengan
qadha dan
qadar ilmi – tidak mendahului adanya sesuatu – melainkan ada bersama-sama dan beserta dengan munculnya sesuatu.
[6]
Dalam
qadar aini Ilahi; seluruh makhluk sedemikian diatur sehingga memiliki ukuran, kondisi-kondisi tertentu yang berkaitan dengannya dan tidak melebihi porsi keberadaannya.
[7] Allah Swt berfirman:
«إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْناهُ بِقَدَرٍ»
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (Qs. Al-Qamar [54]:49)
[8]
Segala sesuatunya telah kami ciptakan sesuai dengan ukurannya masing-masing. Sebagai contoh, takdir manusia adalah hidup semenjak awal masa tertentu, hingga pada masa tertentu di muka bumi. Takdir setiap orang adalah muncul pada tingkat masa terbatas dan lahir dari ayah dan ibu tertentu. Demikian juga takdir rezeki dan hal-hal lainnya, perbuatan-perbuatan ikhtiari manusia, tersedianya syarat-syarat tertentu, masing-masing darinya.
Untuk diketahui bahwa
qadar (takdir)
aini Ilahi tidak bertentangan dengan kebebasan dan ikhtiar manusia.
[9] [iQuest]
[1] Ja’far Subhani,
al-Ilahiyyāt ‘ala Hadi al-Kitab wa al-Sunnah wa al-‘Aql, jil. 2, hal. 171, al-Markaz al-‘Alami li Dirasah al-Islamiyah, Qum, Cetakan Ketiga, 1412 H; Hamud, Muhammad Jamil,
al-Fawāid al-Bahiyyah fi Syarh ‘Aqāid al-Imāmiyah, jil. 1, hal. 307, Muassasah al-‘Alami, Beirut, Cetakan Kedua, 1421 H.
[4] Ibid, Subhani, Ja’far,
Muhadharāt fi al-Ilahiyyāt, dengan ringkasan,
“Talkhish Muhadharāt fi al-Ilahiyyāt, Rabbani Gulpaigani, Ali, hal. 226 dan 227, Muassasah Imam Shadiq As, Qum, Cetakan Ke-11, 1428 H.
[5] Al-Ilahiyyāt ‘ala Hadi al-Kitāb al-Sunnah wa al-‘Aql, jil. 2, hal. 171.
[6] Muhadharat fi al-Ilahiyyāt, hal. 226.
[7] Al-Ilahiyyāt ‘ala al-Hadi al-Kitāb wa al-Sunnah wa al-‘Aql, jil. 2, hal. 174.
[8] Silahkan lihat, Thabathabai, Sayid Muhammad Husain,
al-Mizān fi Tafsir al-Qur’ān, jil. 19, hal. 85 dan 86, Daftar Intisyarat Islami, Qum, Cetakan Kelima, 1417 H; Makarim Syirazi, Nasir,
Tafsir Nemuneh, jil. 23, hal. 81-85, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Tehran, Cetakan Pertama, 1374 S.
[9] Silahkan lihat, Indeks-indeks, Makna Amr baina Amrain, Pertanyaan 58; Islam dan Masalah Jabariyah dan Ikhtiar, Pertanyaan 130; Ikhtiar Manusia dan Petunjuk Ilahi, Pertanyaan 217.