Hits
7166
Tanggal Dimuat: 2012/05/19
Kode Site fa5537 Kode Pernyataan Privasi 24431
Ringkasan Pertanyaan
Adakah literatur yang menyebutkan bolehnya membalikkan cincin ke arah telapak tangan?
Pertanyaan
Saya mendengar tentang sebagian riwayat dan doa yang menyebutkan tentang anjuran membalikkan cincin Akik sehingga mata cincinnya ke arah telapak tangan.” Apakah Anda dapat menyebutkan literatur yang mengutip riwayat dan doa ini? Apa kriteria yang digunakan untuk menentukan kapan saja kita dapat melakukan hal ini?
Jawaban Global

Riwayat semacam ini disebutkan dalam kitab Wasâil al-Syiah yang menyatakan, “Imam Ridha As bersabda, “Barang siapa yang bangun dan di tangannya ia mengenakan cincin Akik lalu melihatnya sebelum ia berjumpa dengan seseorang, memutar balik cincinnya ke arah telapak tangan dan membaca surah, “Inna anzalna fi lailat al-qadar...” hingga akhir dan kemudian membaca,

"آمَنْتُ بِاللَّهِ وَحْدَهُ لَاشَرِيكَ لَهُ وَآمَنْتُ بِسِرِّ آلِ مُحَمَّدٍ وَعَلَانِيَّتِهِمْ"

maka Allah Swt pada hari itu akan menjaganya dari keburukan apa saja yang turun dari langit dan keburukan apa saja yang naik ke langit demikian juga keburukan yang turun di muka bumi dan keburukan yang keluar dan (ia) melalui harinya dalam penjagaan Rasulullah Saw hingga malam.”[1]

Para fukaha agung berkata bahwa perbuatan ini (membalikkan cincin) tatkala qunut dalam salat, baiknya tidak dilakukan dengan niat apa yang dianjurkan dalam riwayat dan termasuk bagian salat, melainkan dilakukan dengan niat (semata-mata ingin) memperoleh pahala secara mutlak (tanpa memandangnya sebagai bagian dari salat).

Ayatullah Makarim Syirazi dalam menjawab pertanyaan seperti ini berkata, “Perbuatan seperti ini tidak disebutkan dalam instruksi-instruksi syariat namun hal itu tidak membatalkan salat. Dan ada baiknya (Anda) meninggalkan perbuatan tersebut.”[2]

Ayatullah Fadhil Langkarani Ra berkata, “Untuk beramal sesuai dengan apa yang ditanyakan khususnya pada waktu qunut, (kami) tidak menjumpai sebuah riwayat yang menyebutkan hal tersebut.”[3] [iQuest]

 

 


[1]. Hurr ‘Amili, Wasâil al-Syiah, jil. 5, hal. 91, Muasassah Ali al-Bait, Qum. Riwayat yang sama juga disebutkan dalam Mustadrak al-Wasail, jil. 3, hal. 297.

[2]. Site Ayatullah Agung Makarim Syirazi, Bagian Istifta’at.

[3]. Jâmi’ al-Masâil, Pertanyaan 355, Hal. 103, Cap Mehr, Cetakan Kedua, 1375 S.

 

Terjemahan dalam Bahasa Lain