Advanced Search
Hits
26716
Tanggal Dimuat: 2015/01/07
Ringkasan Pertanyaan
Apa yang dimaksud dengan syirkah milkiyah (amlak/hak milik) dan syirkah ‘aqdiyah? Sebutkan dan jelaskan jenis syirkah uqud itu?
Pertanyaan
Syirkah dibagi menjadi dua (2) bentuk yaitu syirkah amlak (hak milik) dan syirkah uquud (transaksional/kontrak). a. Jelaskan perbedaan dari kedua bentuk syirkah tersebut! b. Jelaskan jenis-jenis dari syirkah Uquud disertai dengan contoh!
Jawaban Global
Syirkah secara leksikal bermakna mencampurkan satu modal dengan yang lainnya menjadi satu. Secara teknikal fikih secara umum bermakna berkumpulnya hak-hak para pemilik pada satu hal dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain.”
Syikrah dapat dibagi menjadi beberapa bagian. Dalam satu perspektif syirkah terbagi menjadi dua bagian:
  1. Syirkah milkiyah dan hukmiyah: Syirkah milkiyah adalah  perkongsian dua orang atau lebih pada satu hal; artinya kepemilikan harta yang diperkongsikan adalah milik dua orang ini.
  2. Syirkah uqud atau aqdiyah: Syirkah uqud atau aqdiyah adalah dua orang atau lebih mendirikan perusahaan dikarenakan akad syirkah dengan menandatangani akad maka perkongsian dalam bentuk usaha terlaksana.
Syirkah uqud terbagi menjadi empat bagian: 1. Syirkah inan. 2. Syirkah abdan. 3. Syirkah mufawadhah dan 4. Syirkah wujuh. Definisi dan contoh-contoh dari masing-masing syirkah ini akan dijelaskan pada jawaban detil.
 
Jawaban Detil
Syirkah secara leksikal bermakna mencampurkan satu modal dengan yang lainnya menjadi satu.[1] Secara teknikal fikih secara umum bermakna berkumpulnya hak-hak para pemilik pada satu hal dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain.”[2]
Mengingat beragam pembagian dan klasifikasi syirkah dengan beberapa perspektif, karena itu syirkah memiliki masing-masing definisi partikular.[3] Berikut ini kami akan sampaikan beberapa bagian bagian dari syirkah tersebut berikut definisinya secara partikular.
 
Bagian-bagian Syirkah
Syirkah dengan beberapa perspektif seperti sebab-sebab syirkah,[4] hal-hal yang terkait dengan syirkah,[5] tujuan kedua belah pihak[6] dan lain sebagainya, terbagi menjadi beberapa bagian.[7] Namun dengan memperhatikan pertanyaan pengguna site terkait dengan syirkah amlak dan uqud maka kami akan membahas dua bagian syirkah ini.
Dalam satu perspektif syirkah terbagi menjadi dua bagian:
  1. Syirkah milkiyah dan hukmiyah: Syirkah milkiyah adalah  perkongsian dua orang atau lebih pada satu hal; artinya kepemilikan harta yang diperkongsikan adalah milik dua orang ini. Misalnya, keduanya membeli sesuatu atau seseorang menghibahkan kepada keduanya; atau seseorang mewasiatkan kepada keduanya dan keduanya menerima wasiat tersebut; atau harta yang diperoleh keduanya melalui warisan dan bersepakat untuk menggunakan harta itu sebagai modal usaha dan berbagi keuntungan dan kerugian atas harta tersebut. Dalam asumsi-asumsi ini harta yang dimaksud dimiliki keduanya dan masing-masing dari harta ini mereka berkongsi dan bermitra.[8]
  2. Syirkah uqud atau aqdiyah: Syirkah uqud atau aqdiyah adalah dua orang atau lebih mendirikan perusahaan dikarenakan akad syirkah dengan menandatangani akad maka perkongsian dalam bentuk usaha terlaksana.[9]
 
Meski pada syirkah milkiyah dan hukmiyah di antara keduanya terdapat sebuah akad dari akad-akad yang ada, seperti akad jual-beli (bai), sulh (berdamai) dan lain sebagainya namun tidak termasuk dalam terma dan bagian syrikah aqdiyah (uqud); karena yang dimaskud dengan syirkah aqdiyah dalam terminologi fikih adalah sebuah perusahaan yang dijalankan dengan akad syirkah bukan perusahaan yang dijalankan disebabkan oleh akad seperti akad jual beli, sulh (berdamai) dan lain sebagainya.[10]
Dalam syrikah aqdiyah, syrikah sendiri merupakan bagian dari akad yang memerlukan formula, ijab dan qabul. Ijabnya adalah kedua mitra usaha berkata “isytaraknahu” (kita telah berkongsi atasnya) atau salah satu dari mereka berkata, “isyrataknah (kita telah berkongsi) dan lainnya mengabulkan yaitu dengan berkata, “qabiltu al-syirkah.” (saya terima perkongsiannya)[11]
 
Bagian-bagian Syirkah Aqdiyah
Syirkah aqdiyah terbagi menjadi empat bagian antara lain:
  1. Syirkah inan: Syirkah inân yang merupakan bentuk syirkah dalam harta adalah masing-masing dari dua mitra menyertakan sejumlah hartanya dan mencampurnya dengan harta orang lain kemudian bersama-sama bekerja dengan modal dan harta tersebut. Adapun keuntungan yang diperoleh dari kemitraan ini akan dibagikan berdasarkan jumlah modal yang disertakan dan kerugian juga demikian adanya.  Jenis syirkah ini dibolehkan sesuai dengan konsensus para fakih Syiah.[12]
  2. Syirkah abdân: Syirkah abdân adalah akad verbal dimana dua orang atau lebih bersepakat untuk melaksanakan sebuah pekerjaan tertentu dan membagi hasil dari pekerjaan tersebut sesuai dengan kesepakatan yang sebelumnya telah dibuat.[13]
  3. Syirkah mufawadhah: Syirkah mufawadhah adalah sebuah akad verbal dimana masing-masing dari dua orang yang bermitra bersepakat untuk memberikan keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan sehari-hari dengan cara apa pun. Demikian juga, terkait dengan kerugiannya. Akan tetap pengeluaran harian, pakaian dan mahar dikecualikan. Jenis syirkah ini sesuai dengan konsensus para fakih Syiah adalah syirkah yang batil dan tidak sah.[14]
  4. Syirkah wujuh: Syirkah wujuh memiliki beberapa makna. Namun definisi yang paling masyhur adalah dua orang yang tidak memiliki modal pertama bersepakat dimana salah satu dari mereka memiliki nama baik (ketokohan dan kedudukan) di tengah masyarakat dan orang-orang memberikan pinjaman kepadanya karena nama baik ini. Ia membeli barang dengan meminjam dan barang itu dijadikan sebagai usaha kemitraan kemudian dijual dan uang pemilik modal dikembalikan. Adapun keuntungan yang diperoleh akan dibagi dua di antara mereka. Apabila dalam asumsi ini, masing-masing dari dua orang barang yang dibeli dengan pinjaman untuk dirinya, keuntungan dan kerugian hanya untuknya dan ia tidak lagi menjadi mitra pada barang tersebut maka syirkah jenis ini tidak sah. Namun apabila masing-masing dari keduanya menjadikan orang lain sebagai wakil dalam membeli maka asumsi ini termasuk dalam syirkah inan dan transaksi yang dilakukan adalah sah.[15]
 

[1]. Husain bin Muhammad Raghib Ishafani, Al-Mufradât fi Gharib al-Qur’ân, Riset oleh Shafwan Adnan, hal. 451, Beirut, Dar al-‘Ilm al-Dar al-Syamiyah, Cetakan Pertama, 1412 H.  
[2]. Abdul-Rahman Jaziri-Sayid Muhammad Gharawi-Yasir Mazih, al-Fiqh ‘ala Madzhab al-Arb’ah wa Madzhab Ahlulbait Wifqân li Madzhab Ahlulbait As, jil. 3, hal. 100, Beirut, Dar al-Tsaqalain, Cetakan Pertama, Cetakan Pertama, 1419 H; Muhaqqi Tsani Karaki Amili,  Jâmi’ al-Maqâshid fi Syarh al-Qawâid, jil. 8, hal. 7, Qum, Muassasah Alu al-Bait As, Cetakan Kedua, 1414 H.
[3]. Musawi Ardabili, Sayid Abdul-Karim, Fiqh al-Syirkah ‘ala Nahj al-Fiqh wa al-Qânun wa Kitab al-Ta’min, hal. 40, Mansyurat Maktabah Amir al-Mu’minin, Dar al-‘Ilm Mufid, Cetakan Pertama, 1414 H.  
[4]. Fiqh al-Syirkah wa Kitab al-Ta’min, hal. 36; al-Fiqh ‘ala al-Madzâhib al-Arba’ah wa Madzhab Ahlulbait As, jil. 3, hal. 100. Sebab-sebab syirkah (perkongsian) entah melalui warisan, percampuran sesuatu (mazj), penguasaan atas sesuatu (hiyâzah) atau akad.
[5]. Al-Fiqh ‘ala al-Madzâhib al-Arba’ah wa Madzhab Ahlulbait As, jil. 3, hal. 100.
[6]. Syirkah wâqi’i (ril) atau nampak (zhahiri).  
[7]. Untuk telaah lebih jauh tentang bagian-bagian, hukum-hukum dan syarat-syarat syirkah, Ali Akbar Syaifi Mazandarani, Dalil Tahrir al-Wasilah, al-Syirkah wa al-Qismah, hal. 17-18, Tehran, Muassasah Tanzhim wa Nasyr Atsar Imam Khomeini, Cetakan Pertama, 1427 H; Ali Panah Isytihardi, Madârik al-Urwah, jil. 28, hal. 177-195, Tehran, Dar al-Uswah lil Thaba’ah wa al-Nasyr, Cetakan Pertama, 1417 H.  
[8]. Fiqh al-Syirkah wa Kitâb al-Ta’min, hal. 28 dan 35.  
[9]. Fiqh al-Syirkah wa Kitâb al-Ta’min, hal. 35.  
[10]. Dalil Tahrir al-Wasilah-al-Syirkah wa al-Qismah, hal. 59.  
[11]. Dalil Tahrir al-Wasilah-al-Syirkah wa al-Qismah, hal. 58.  
[12] . Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqh al-Imâm al-Shâdiq As, jil. 4, hal. 102, Qum, Muassasah Ansariyan, Cetakan Kedua, 1421 H.
[13] . Ibid.
[14]. Ibid, Jamaluddin Hlli, Ahmad bin Muhammad Asadi, al-Muhaddzib al-Bâri’ fi Syarh al-Mukhtashar al-Nâfi’, Riset dan edit oleh Mujtaba Iraqi, jil. 2, hal. 545, Qum, Daftar Intisyarat Islami, Cetakan Pertama, 1407 H.  
[15]. Fiqh al-Imâm al-Shâdiq As, jil. 4, hal. 103.
Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Pertanyaan-pertanyaan Acak

  • Mengapa Allah Swt harus memiliki segala kesempurnaan?
    10619 Filsafat Islam 2011/11/08
    Kesatuan yang berlaku di alam semesta menjadi penghalang bagi kita untuk menggambarkan adanya entitas yang memiliki sebagian kesempurnaan tertentu dan pada saat yang sama tidak membutuhkan pada jenis kesempurnaan dari yang lain. Hal ini hanya dapat diilustrasikan pada berbagai kesempurnaan non-hakiki (i’tibâri) dan keseharian, namun pada tataran eksistensial hal ...
  • Apabila dalam masalah wilâyah fakih kita meyakini adanya pengangkatan lantas bagaimana peran masyarakat dalam hal ini?
    7224 System 2011/06/02
    Meski kita penerimaan teori pengangkatan (intishâb), namun apabila kita ingin menetapkan sebuah aturan bagi masyarakat yang tidak terikat oleh ruang dan waktu, maka kita tidak memiliki alternatif lain kecuali menerima pilihan (intikhâb) masyarakat.
  • Apakah, sesuai dengan pandangan Syaikh Shaduq, pelaksanaan haji di samping kuburan para pemimpin agama, lebih penting daripada pelaksanaan haji di samping Ka'bah?
    8161 Teologi Lama 2010/05/12
    Syaikh Shaduq dalam kitab Tsawâb al-A’mâl wa Iqâb al-A'mâl, mengemukakan sebuah sub-pembahasan dengan judul "tsawâb hajj wa umrah" (pahala haji dan umrah) dan menukil banyak riwayat dalam masalah ini. Dalam sub-pembahasan lainnya "hukuman bagi seseorang yang meninggalkan haji" juga disebutkan dalam kitab yang sama dimana pada salah satu riwayatnya ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    175603 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apakah makna dari kata rafidhi itu? Dan mengapa orang-orang Syiah disebut rafidhah?
    11670 Garis Besar 2015/01/04
    Rafidhah secara leksikal akar katanya dari ra-fa-dh yang bermakna meninggalkan dan melepaskan seseorang atau sesuatu. Secara teknis, penggunaan kata rafidhi dilekatkan pada orang-orang yang meyakini imamah Ahlulbait As dan para pengingkar khilafah para khalifah sebelum Imam Ali As. Bani Umayah dan Bani Abbas serta para pemikir paranoid, ...
  • Apa hakikat siang dan malam? Kenapa sebagian malam harus dipakai ibadah?
    12572 Tafsir 2017/08/09
    Siang secara normal lebih tepat untuk aktivitas-aktivitas yang berurusan dengan kehidupan duniawi manusia. Terangnya siang itu sendiri merupakan sebuah karunia yang tiada bandingnya yang menciptakan gerakan dan kegiatan yang menyiapkan manusia untuk bekerja dan berusaha, tumbuh-tumbuhan yang berkembang dengan pancaran sinar matahari demikian juga hewan-hewan berkembang biak ...
  • Apakah Ahlusunnah meyakini konsep tawassul sebelum kedatangan Ibnu Taimiyyah?
    10932 Teologi Lama 2011/05/09
    Konsep tawassul (berperantara) merupakan salah satu perkara yang senantiasa mendapat perhatian kaum Muslimin semenjak awal kedatangan Islam. Demikian juga para pembesar Ahlusunnah menaruh perhatian terhadap konsep tawassul ini. Imam Bukhari penyusun salah satu kitab standar riwayat Ahlusunnah, menukil amalan praktis khalifah kedua, Umar bin Khattab ...
  • Apa saja yang harus dilakukan untuk menghilangkan sifat tergesa-gesa?
    30294 Akhlak Teoritis 2012/04/14
    “’Ajalah” dan terburu-buru merupakan hal yang dilarang dalam ajaran agama. Dan maksudnya adalah melakukan sebuah perbuatan dengan terburu-buru. Terdapat perbedaan antara ‘ajalah (terburu-buru) dan sur’at (mengerjakan tepat pada waktunya). Sur’at adalah ketika manusia telah menyiapkan pelbagai pendahuluan dan syarat-syarat yang diperlukan, ia tidak menyia-nyiakan kesempatan dan mengerjakan ...
  • Apakah bahasa Arab lebih baik dari bahasa-bahasa yang lain?
    11278 Ulumul Quran 2013/08/13
    Langkah pertama yang harus kita lakukan adalah memperhatikan poin berikut, bahwa tidak ada urgensitas bahwa wahyu Ilahi itu harus diturunkan dengan bahasa yang paling sempurna, sebagaimana kita juga bisa menyaksikan sebagian dari kitab-kitab langit telah diturunkan dengan bahasa selain Arab. Dari sisi lain, menganalisa secara jeluk struktur ...
  • Apakah manusia dapat mencapai kesempurnaan melalui agama-agama lain selain Islam? Bagaimanakah manusia dapat sampai kepada jenjang tauhid (hakiki)?
    19545 Teologi Lama 2009/12/08
    Kendati terdapat sebagian hakikat yang dapat disaksikan pada agama-agama yang ada di dunia dewasa ini akan tetapi bentuk sempurna hakikat yaitu tauhid hakiki hanya dapat ditemukan dalam Islam. Dalil utama yang dapat digunakan untuk menetapkan klaim ini adalah tiadanya dasar standar dan adanya distorsi serta pelbagai kontradiksi rasional pada teks-teks ...

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    259837 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    245604 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    229508 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    214295 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    175603 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    170983 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    167402 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    157469 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140314 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    133542 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...