Advanced Search
Hits
45728
Tanggal Dimuat: 2012/02/13
Ringkasan Pertanyaan
Bagaimana penafsiran ayat 31 surah al-Ra’ad (13), “Dan sekiranya dengan perantara Al-Qur’an gunung-gunung digoncangkan, bumi terpecah belah, atau orang-orang yang sudah mati berbicara, (tentu mereka tidak akan beriman juga). Tetapi sebenarnya segala urusan itu adalah kepunyaan Allah?”
Pertanyaan
Assalamu Alaikum. Saya ingin bertanya tentang penafsiran ayat berikut ini, “Dan sekiranya dengan perantara Al-Qur’an gunung-gunung digoncangkan, bumi terpecah belah, atau orang-orang yang sudah mati berbicara, (tentu mereka tidak akan beriman juga). Tetapi sebenarnya segala urusan itu adalah kepunyaan Allah?” Apakah al-Qur’an yang dimaksud adalah al-Qur’an yang ada di hadapan kita sekarang ini yang dapat menggoncangkan gunung-gunung? Untuk diketahui bahwa terdapat perbedaan pendapat di antara para penerjemah al-Qur’an. Sebagian penerjemah sedemikian menerjemah sehingga bahwa al-Qur’an yang dimaksud itu adalah al-Qur’an yang berada di tangan kita. Sebagian lainnya berkata bahwa al-Qur’an yang disebutkan pada ayat di atas bukanlah al-Qur’an yang kita miliki sekarang ini. Tolong bimbingan Anda.
Jawaban Global

Terkait dengan penafsiran ayat, “Dan sekiranya dengan perantara Al-Qur’an gunung-gunung digoncangkan, bumi terpecah belah, atau orang-orang yang sudah mati berbicara, (tentu mereka tidak akan beriman juga). Tetapi sebenarnya segala urusan itu adalah kepunyaan Allah?” para mufassir (ahli tafsir) menyodorkan dua pandangan:

1.             Maknanya adalah bahwa apabila terdapat sebuah kitab di alam semesta yang tatkala dibaca akan mengguncangkan gunung-gunung dan menggerakkannya di atas bumi, atau memecah belah bumi, atau dengan perantara suaranya orang-orang mati mampu berbicara dan bercakap-cakap, maka kitab seperti ini adalah al-Qur’an; karena al-Qur’an merupakan kitab terunggul di antara kitab-kitab samawi.

2.             Pandangan kedua meyakini bahwa ayat ini berada pada tataran kritik dan protes terhadap orang-orang kafir Mekkah dan jawaban terhadap mereka atas permintaan mukjizat dari Rasulullah Saw. Ayat ini mengisyaratkan bahwa mereka adalah orang-orang yang keras kepala dan memusuhi yang apabila dengan perantara al-Qur’an gunung-gunung bergoncang, sebagaimana permintaan mereka, dan juga bumi terpecah belah karena al-Qur’an, dan mata air-mata air tumpah ke luar atau dengan perantara al-Qur’an orang-orang mati berbicara dan mereka membenarkan engkau (wahai Rasulullah) maka mereka orang-orang kafir Mekkah tetap tidak akan beriman.

Jawaban Detil

Nampaknya sebelum membahas makna dan tafsir ayat, “Dan sekiranya dengan perantara Al-Qur’an gunung-gunung digoncangkan, bumi terpecah belah, atau orang-orang yang sudah mati berbicara, (tentu mereka tidak akan beriman juga). Tetapi sebenarnya segala urusan itu adalah kepunyaan Allah?” kita harus mencermati sya’n al-nuzul-nya (kondisi pewahyuan) yang dapat membantu kita memahami dan mengenal dengan lebih baik makna ayat tersebut. Oleh itu, pertama-tama kita harus membahas masalah sya’n al-nuzûl (kondisi pewahyuan atau sebab-sebab pewahyuan) ayat ini sebagai berikut:

Sebagian ahli tafsir berkata, “Ayat ini pada tataran menjawab kritikan sekelompok kaum musyrikin Mekkah; seperti Abu Jahal dan Abdullah bin Ubay Umayyah dan para pengikutnya yang duduk di belakang Ka’bah dan memanggil Rasulullah Saw untuk menghadap mereka. Mereka berkata, “Engkau mengklaim bahwa engkau adalah seorang rasul Allah dan al-Qur’an ini adalah sebuah kitab yang diturunkan dari sisi Allah Swt. Sekiranya engkau menginginkan kami mengikutimu, maka dengan perantara al-Qur’an ini angkatlah gunung-gunung Mekkah dari tempatnya, yang mengapit kita dan membuat sempit ruang gerak kita, sehingga tempat kita menjadi lebih luas! Dan singkaplah bumi sehingga keluar mata air-mata air dan mengalir sungai-sungai sehingga kita dapat menanam pepohonan dan bercocok tanam di atasnya! Lakukan hal ini lantaran engkau seperti yang engkau kira tidak kurang dari Daud, karena Allah Swt telah menjadikan gunung-gunung dalam kekuasaannya dan seirama dengan gunung-gunung menyampaikan tasbih kepada Allah Swt.

Atau taklukkanlah angin bagi kami sehingga kami dapat menungganginya dan berangkat menuju Syam (Suriah) untuk memecahkan persoalan yang kami hadapi dan memenuhi segala kebutuhan hidup kami dan kembali pada hari itu juga! Lakukanlah hal itu sebagaimana Sulaiman yang dapat menaklukan angin. Engkau sebagaimana sangkaanmu tidak kurang dari Sulaiman. Dan juga datukmu, Qasha bin Kulab atau siapa pun yang dapat menghidupkan orang mati dari kami sehingga kami dapat bertanya kepadanya, apakah yang engkau katakan itu ada benarnya atau tidak lain adalah dusta semata; karena Isa menghidupkan orang mati dan engkau tidak kalah pamornya dibanding Isa di sisi Tuhan. Lakukanlah mukjizat ini kepada kami sehingga kami dapat beriman kepadamu. Kemudian saat itu ayat, walau anna qura’anan (“Dan sekiranya dengan perantara Al-Qur’an) diturunkan.[1]

Dengan demikian, ayat yang menjadi obyek bahasan adalah berkaitan dengan orang-orang musyrik yang bersikap keras kepala di hadapan risalah Rasulullah Saw dan mukjizat-mukjizatnya serta mengajukan dalih-dalih ala Bani Israel, di sinilah ayat di atas diturunkan kepada Rasulullah Saw.

Setelah menjelaskan sya’n al-nuzûl (kondisi pewahyuan atau sebab-sebab pewahyuan) mari kita membahas apa maksud dari ayat ini? Dalam hal ini terdapat dua pandangan yang dilontarkan oleh para ahli tafsir sebagaimana berikut ini:

1.             Maknanya adalah bahwa apabila terdapat sebuah kitab di alam semesta yang tatkala dibacakan akan mengguncangkan gunung-gunung dan menggerakkannya di atas bumi, atau memecah belah bumi, atau dengan perantara suaranya orang-orang mati berbicara dan bercakap-cakap, maka kitab seperti ini adalah al-Qur’an; karena al-Qur’an merupakan kitab terunggul di antara kitab-kitab samawi.

2.             Pandangan kedua meyakini bahwa ayat ini berada pada tataran kritik dan protes terhadap orang-orang kafir Mekkah dan jawaban terhadap mereka atas permintaan mukjizat dari Rasulullah Saw. Ayat ini mengisyaratkan bahwa mereka adalah orang-orang yang keras kepala dan memusuhi yang apabila dengan perantara al-Qur’an gunung-gunung bergoncang, sebagaimana permintaan mereka, dan juga bumi terpecah belah karena al-Qur’an, dan mata air-mata air akan tumpah ke luar atau dengan perantara al-Qur’an orang-orang mati berbicara dan mereka membenarkan engkau (wahai Rasulullah) maka mereka orang-orang kafir Mekkah tetap tidak akan beriman (kepada Rasulullah Saw).[2]

Thabarsi sesuai dengan nukilan dari Zujaj berkata, “Apa yang saya gambarkan dan sebagian orang juga berkata, makna ayat adalah bahwa apabila al-Qur’an dengan tipologi seperti ini juga diturunkan; yaitu dapat mengoncang gunung-gunung dan lain sebagainya, bagaimana pun modelnya toh mereka tetap tidak akan beriman. Dalilyna adalah ayat, “Kalau sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka, serta Kami kumpulkan (pula) segala sesuatu di hadapan mereka, niscaya mereka tidak (juga) akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (Qs. Al-An’am [6]:111)[3]

Karena itu, ayat ini ingin menyatakan bahwa kalian (orang-orang kafir) tidak menginginkan kebenaran dan apabila kalian menginginkannya maka tanda-tanda mukjizat yang didemonstrasikan Rasulullah Saw untuk mendatangkan iman sebenarnya telah sangat mencukupi. Kesemua ini karena mereka sekedar mencari-cari dalih saja.

Dalam penafsiran bagian akhir redaksi ayat, “Bal liLlahi al-amru jami’an” (Tetapi sebenarnya segala urusan itu adalah kepunyaan Allah?”) harus dikatakan; “balidhrab[4] yang digunakan berasal dari kata lau (wa lau anna); namun tidaklah demikian bahwa Allah Swt tidak mampu menunjukkan mukjizat lainnya selain al-Qur’an, mengingat bahwa seluruh urusan berpulang pada ilmu dan kebijaksanaan-Nya.

Atau mungkin maksudnya adalah bahwa boleh jadi karena Allah Swt mengetahui mereka tidak akan beriman, Allah Swt tidak menunjukkan mukjizat lainnya sehingga mereka tidak tertimpa azab duniawi; karena apabila apa mereka menginginkan mukjizat dari tangan Rasulullah Saw, tetapi tetap tidak beriman, maka mereka akan tertimpa azab duniawi.[5]

Allamah Thabarsi, penulis Majma’ al-Bayân dalam menafsirkan “bal liLlâhi al-amru jami’an,” berkata, “Seluruh urusan yang telah lalu, baik itu menggoncangkan gunung-gunung dan membelah bumi, atau menghidupkan orang mati dan perbuatan-perbuatan penting lainnya, adalah sesuai dengan perintah Allah Swt dan berada dalam wilayah kekuasaan-Nya; karena tiada seorang pun yang memiliki kekuasaan tersebut selain Allah Swt. Namun demikian Allah Swt tidak melakukan hal ini; karena ayat-ayat yang telah diturunkan sangat memadai dan memuaskan bagi orang-orang yang mau berpikir dan merenung.[6] [iQuest]



[1]. Sayidah Nusrat Amin, Makhzan al-‘Irfân dar Tafsir Qurân, jil. 7, hal. 42-43, Nehdhat Zanan Musalman, Teheran, 1361 S; Tafsir Nemune, jil. 10, hal. 220-221, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Teheran, Cetakan Pertama, 1374 S.  

[2]. “Kalau sekiranya Kami menurunkan Al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk umat manusia supaya mereka berpikir.” (Qs. Al-Hasyr []:21)  

[3]. Majma’ al-Bayân fi Tafsir al-Qur’ân, jil. 6, hal. 451, Nasir Khusruw, Teheran, Cetakan Ketiga, 1372 S.  

[4]. Makna idhrâb digunakan untuk menggugurkan makna yang ada sebelumnya dan terkadang menduduki makna bal, berpindah dari satu tujuan ke tujuan lainnya. Pada ayat ini yang dimaksud adalah makna pertama (untuk menggugurkan makna sebelumnya).  

[5]. Makhzan al-‘Irfân dar Tafsir al-Qur’ân, jil. 7, hal. 42-43.  

[6]. Thabarsi, Majma al-Bayân fi Tafsir al-Qur’ân, jil. 6, hal. 451.

Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    259817 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    245592 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    229495 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    214282 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    175594 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    170968 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    167388 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    157453 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140300 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    133531 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...