Advanced Search
Hits
9986
Tanggal Dimuat: 2012/03/14
Ringkasan Pertanyaan
Mengapa Syaikh Kulaini Ra tidak memperlihatkan kitab al-Kâfi itu kepada Imam Zaman Ajf?
Pertanyaan
Mengapa Syaikh Kulaini Ra yang menulis kitab al-Kâfi pada masa deputi ketiga tidak memperlihatkan kitab tersebut kepada Imam Zaman Ajf?
Jawaban Global

Terdapat dua pandangan di antara para ulama sehubungan dengan pertanyaan apakah Syaikh Kulaini memperlihatkan kitab al-Kâfi kepada Imam Zaman Ajf atau tidak:

  1. Sebagian ulama berpendapat bahwa kitab al-Kâfi telah diperlihatkan kepada Imam Zaman Ajf dan Imam bersabda, “al-Kâfi kâfi lisyiatina” (Kitab al-Kâfi telah mencukupi bagi Syiah kami).[1]
  2. Sebagian ulama lainnya berkata kitab al-Kâfi tidak diperlihatkan kepada Imam Zaman Ajf. Mereka berkata, alasan mengapa Syaikh Kulaini tidak memperlihatkan kitab al-Kâfi kepada Imam Zaman Ajf  karena beliau memiliki beberapa jalan terkait dengan validitas hadis-hadis yang dimasukkan ke dalam kitabnya. Sebagai contoh misalnya:
  1. Hadis-hadis Kafi dikumpulkan dari Ushûl Arba’ Miah (Empat Ratus Kitab Asli) oleh para sahabat para Imam Maksum sesuai dengan perintah para Imam Maksum dan diperlihatkan kepada imam pada setiap zaman dan pada hakikatnya Syaikh Kulaini Ra menulis hadis-hadis tersebut bab per bab dan sekumpulannya dihimpun dalam kitab bernama al-Kafi. Mendiang Shâhib Ma’âlim (Hasan bin Zainuddin) berkata, “Kulaini Ra mengumpulkan hadis-hadis dalam kitabnya dari Ushul Arba’amiah dimana validitas hadis-hadis tersebut disepakati secara ijma.”[2]
  2. Hadis-hadis kitab al-Kâfi memiliki banyak indikasi dan dalil yang menunjukkan validitasnya. Hasan bin Zainuddin berkata, “Hadis-hadis kitab-kitab arba’ah (Al-Kâfi, al-Tahdzib, al-Ishtibshâr, Man La Yahdhuruh al-Faqih) sesuai dengan ucapan ulama disertai dengan indikasi-indikasi yang menunjukkan tiadanya perubahan pada hadis-hadis yang dinukil dari kitab-kitab orisinil.”[3]
  3. Kulaini pada pendahuluan kitab al-Kâfi menyebut hadis-hadis yang dinukil dalam kitabnya dengan ungkapan bil atsar al-shahihah yang menunjukkan bahwa beliau yakin terhadap validitas hadis-hadis tersebut.[4]
  4. Kulaini mengumpulkan hadis-hadis ini sebagai jawaban atas orang yang berada dalam kebingungan dalam mencari hadis-hadis sahih[5] dimana jawaban ini menuntut supaya beliau hanya harus menulis riwayat-riwayat yang diyakini validitasnya dan keluarannya dari para Imam Maksum As kalau tidak demikian maka kebingungan mereka akan semakin bertambah yang tentu saja hal ini bertentangan dengan penjelasan ulama tentang kedudukan dan derajat Syaikh Kulaini; karena beliau adalah salah seorang yang dalam tuturan Syaikh Abbas Qummi, Syaikh besar dan patut dipercaya, Muhammad bin Ya’qub Kulaini tempat bernaung dan berlindung para fakih, ahli hadis dan mufti seluruh firkah dan mazhab Islam serta penyebar mazhab Syiah pada masa ghaibat Imam Keduabelas.”[6]

Jelas bahwa tugas seseorang yang memangku jabatan sebagai marja para juris adalah mengeluarkan orang lain dari kondisi kebingungan bukan malah menambah kebingungan pada mereka. [iQuest]

 

 


[1]. Muhammad bin Ya’qub Kulaini, Penerjemah: Sayid Jawad Mustafawi, Ushûl al-Kâfi, jil. 1, Muqaddimah, hal. 7, Kitab Purusyi ‘Ilmiyah Islamiyah, Cetakan Pertama, Teheran. [Demikian juga tentangnya, silahkan lihat, Mamaqati, Tanqih al-Maqâl, 3/202; Muhammad Shadiq Bahr al-‘Ulum, Dalil al-Qadhâ al-Syar’i, 3/131; Husain Ali Mahfuzh, Muqaddamah, hal. 25; untuk melihat pandangan ulama Syiah silahkan lihat, Abu Ali Hairi, Muntahah al-Maqâl, hal. 298 yang menolak anggapan bahwa kitab tersebut telah diperlihatkan kepada Imam Zaman Ajf, meski secara implisit menyatakan bahwa kitab tersebut mendapat sokongan dari Imam Zaman Ajf. Namun demikian, Ali bin Thawus, seorang alim yang memiliki kecendrungan Akhbari, karena ditulis pada masa para deputi khusus Imam Zaman Ajf, kitab al-Kafi memiliki nilai standar tertentu dan meyakini bahwa hal-hal yang ditulis dalam kitab tersebut tentu telah diteliti dan ditimbang (oleh para deputi Imam Zaman Ajf). Silahkan lihat, Ibnu Thawus, Kasyf al-Mahajjah, hal. 220.

[2]. Ali Namazi Syahrudi, al-A’lâm al-Hâdiyah al-Rafî’ah fi I’tibâr al-Kutub al-Arba’ah al-Manî’ah, hal. 140, Muassasah Nasyr Islami, 1425 H.  

[3]. Ibid, hal. 139.  

[4]. Ibid.  

[5]. Muhammad bin Ya’qub Kulaini, Penerjemah: Sayid Jawad Mustafawi, Ushûl al-Kâfi, jil. 1, Muqaddimah, hal. 5.  

[6]. Ibid, hal. 8.  

 

 

Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    259859 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    245623 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    229527 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    214319 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    175622 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    171001 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    167422 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    157486 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140334 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    133556 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...