Please Wait
13727
Pertahanan terhadap musuh adalah hal fitri dan natural bagi manusia dan seluruh makhluk hidup. Agama Islam malah memberinya nilai sakral dan memerintahkan umat Islam untuk melakukan pertahanan dan bahkan mewajibkan pertahanan tersebut dan juga hal-hal yang berkaitan dengannya; perintah itu pun tak dibedakan baik untuk lelaki maupun perempuan.
Jika arti pertahanan kita batasi hanya pada pertahanan militer, peran perempuan dalam mewujudkan tujuan-tujuan pertahanan tersebut sangatlah banyak, di antaranya seperti: peran militer untuk berhadapan dengan musuh, dukungan moril untuk para pejuang, bekerja di kantor-kantor pertahanan, perawatan dan pengobatan, jihad keuangan, berkorban dalam menyerahkan orang-orang tercinta untuk berperang, bekerjasama dalam interogasi dan penggeledahan, dan lain sebagainya... jika arti pertahanan itu hanya kita batasi pada pertahanan militer.
Namun hari ini, selain serangan militer dari musuh, mereka juga menyerang pemikiran, ekonomi, budaya, politik dan moral kita. Karena itu, pertahanan tersebut tidak bisa dibatasi pada sisi militer saja, namun lebih luas. Konsekuensinya, peran kaum wanita dalam pertahanan juga lebih luas lagi. Peran wanita sebagai ibu, istri, guru, dan lain sebagainya, adalah peran penting untuk menguatkan pondasi pemikiran, budaya, akidah, ilmu dan seterusnya.
Bertahan atas serangan musuh dan ancaman-ancaman lainnya adalah perkara positif, yang mana manusia secara fitrah, begitu juga makhluk hidup lainnya secara natural, selalu membela hak-haknya. Pertahanan manusia dalam membela diri atas serangan dan bahaya musuh terhadap jiwa, kehormatan, tanah air, harta benda, kesucian, dan keuntungan-keuntungan adalah sikap yang dibenarkan semua agama dan aliran.
Agama Islam juga memberi nilai sakral kepada pertahanan seperti ini dan memerintahkan umat Islam untuk membela dan mempertahankan diri, bahkan mewajibkan pertahanan dan segala yang berkaitan dengannya. Allah Swt dalam Al-Qur'an berfirman: "Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya." (Qs. Al-Anfal [8]:60)
Perintah tersebut tidak dikhususkan kepada kelompok tertentu, lelaki atau perempuan saja, namun kepada semua umat Islam. Ketika kita berbicara tentang pertahanan, sering kali pikiran kita tertuju pada pertahanan militer. Padahal meskipun kita membatasi arti pertahanan hanya pada pertahanan militer saja, peran kaum wanita pun banyak sekali. Di antaranya adalah:
1. Peran konfrontasi langsung dengan musuh: Tugas pertama wanita dalam pertahanan adalah konfrontasi langsung dengan musuh yang hendak merampas haknya. Misalnya dalam perang Iran-Irak, wanita-wanita Iran pun memperjuangkan tanah airnya dengan menggunakan segala senjata dari yang paling sederhana seperti bom molotov. Mereka memerangi tentara Irak yang melewati kampung-kampung mereka. Namun tak lama kemudian mereka mendapatkan pelatihan militer dan dipersenjatai dengan baik.
2. Dukungan moril: Dukungan psikologis yang diberikan oleh kaum wanita kepada para pejuang sangatlah berguna untuk keberhasilan mereka. Di tahun-tahun perang Iran-Irak, wanita-wanita Iran telah menjalankan tugas ini dengan baik. Imam Khomeini dalam menyanjung mereka berkata: "Berkat dukungan-dukungan moril kaum wanita untuk para pejuang, banyak sekali pekerjaan positif yang telah mereka kerjakan."[1]
3. Bekerja di kantor-kantor pertahanan: Salah satu peran kaum wanita dalam pertahanan adalah menyiapkan pasokan-pasokan yang dibutuhkan oleh para pejuang di medan perang. Kaum wanita Iran dalam perang Iran-Irak telah membuktikan keberhasilan mereka dalam hal ini yang tak dapat terlupakan sepanjang sejarah. Mereka mengatur pasokan kebutuhan makanan dan persenjataan para pejuang dengan semaksimal mungkin.
4. Perawatan dan pengobatan: Karena karakteristik kaum wanita yang penyayang dan berperasaan dalam perawatan dan pengobatan, di seluruh dunia kebanyakan perawat adalah wanita. Perang adalah fenomena berbahaya yang selalu menjatuhkan korban-korban yang harus dirawat sebisa mungkin. Karena itu dibutuhkan tim medik dan perawat yang selalu siaga untuk mengobati pejuang-pejuang yang terluka. Peran kaum wanita dalam hal ini sangat penting sekali.
5. Jihad keuangan: Semua pejuang yang berada di garis depan membutuhkan sokongan keuangan, seperti makanan, pakaian, persenjataan, sarana transportasi, dan lain sebagainya. Semua orang dalam keadaan perang harus memenuhi kebutuhan para pejuang. Banyak sekali wanita dalam Pertahanan Suci di perang Iran-Irak mempersembahkan harta dan perhiasan mereka (yang telah mereka dapatkan dari menabung selama bertahun-tahun) demi terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan perang. Pengorbanan kaum wanita dalam peran Iran-Irak sangat mencengangkan sehingga Imam Khomeini berkali-kali menyinggungnya dengan berkata: "Setiap harinya kita menyaksikan setidaknya seorang wanita yang mempersembahkan satu keping emas hasil usahanya seumur hidup di jalan perang."[2]
6. Pengorbanan: Salah satu peran penting mereka dalam peperangan adalah kerelaan mereka dalam mengorbankan orang-orang tercinta di jalan perang, seperti suami dan anak-anak yang sangat mereka cintai. Begitu pula kesabaran mereka saat mendengar orang-orang tercinta gugur di medan perang. Kaum wanita Iran dalam peran Iran-Irak selain merelakan keberangkatan lelaki-lelaki mereka ke medan perang, saat mendengar kesyahidan mereka, mereka menunjukkan kesabaran yang luar biasa; yang mana sikap itu dapat memberikan dukungan spiritual kepada pejuang-pejuang lainnya. Imam Khumaini berkata: "Wanita-wanita kita bangga kehilangan anak-anaknya gugur di medan perang, dan bahkan berkata bahwa mereka msih punya pemuda-pemuda lain yang dapat dipersembahkan kepada Islam."[3]
7. Kerjasama dalam interogasi dan penggeledahan: Islam adalah agama yang melarang kontak fisik lelaki dengan perempuan non muhrim. Oleh karenanya musuh dapat menyalahgunakan hal itu dengan cara menyusupkan senjata atau informasi melalui orang-orang perempuan karena tak dapat digeledah oleh lelaki Muslim. Di sinilah peran wanita dapat menggagalkan tujuan-tujuan musuh dengan menjadi interogator dan penggeledah khusus. Peran tersebut sangat penting sekali karena lelaki tidak dapat menjalankan tugas itu. Banyak sekali contoh-contoh berkaitan dengan hal ini yang dapat kita saksikan pada wanita-wanita Kurdistan dalam peristiwa perang Iran-Irak.
Namun hari ini, serangan musuh tidak hanya terbatas pada serangan militer saja, namun mungkin saja mereka menyerang kita melalui jalur pemikiran, ekonomi, budaya, politik, etika, dan lain sebagainya. Dengan demikian pertahanan juga diperlukan dalam setiap dimensi itu. Oleh karenanya arti pertahanan hari ini lebih luas dari arti pertahanan militer. Maka karena itu peran wanita pun lebih luas lagi dalam pertahanan ini.
Peran wanita sebagai ibu, istri, guru, dan seterusnya, jelas sangat penting sekali dalam menguatkan pondasi pemikiran, budaya, akidah, ilmu, dan lain sebagainya. Begitu juga dengan adanya perkembangan ilmu dan teknologi, peran mereka sebagai pimpinan atau sebagai pakar dalam berbagai bidang ekonomi untuk mengangkat perekonomian negara sangatlah penting sekali.
Meskipun dalam dunia militer pun juga begitu, karena perang tidak hanya terbatas pada bentrokan fisik saja, namun juga ada perang intelijen yang dapat dilakoni oleh wanita-wanita handal dalam bidangnya. Berdasarkan pembahasan ini, telah jelas bahwa peran wanita dalam mewujudkan tujuan-tujuan pertahanan tak kurang dari kaum pria. [iQuest]