Advanced Search
Hits
29730
Tanggal Dimuat: 2010/01/17
Ringkasan Pertanyaan
Apakah Nabi Yusuf dengan meletakkan piala dalam kantung saudaranya dan menuduhnya mencuri bukan merupakan sebuah dosa?
Pertanyaan
Salam. Saya ada pertanyaan terkait dengan kemaksuman. Mengingat bahwa para nabi Ilahi tidak akan melakukan dosa apakah perbuatan Nabi Yusuf yang meletakkan piala dalam kantung saudaranya kemudian menuduhnya mencuri bukan merupakan perbuatan dosa?
Jawaban Global

Dalam kisah ini Nabi Yusuf sama sekali tidak melemparkan tuduhan mencuri kepada Benyamin melainkan kepada karavan. Di samping itu, tuduhan ini dilontarkan oleh salah seorang petugas kerajaan yang secara lahir tidak tahu duduk persoalan. Karena itu, Nabi Yusuf tidak hanya tidak melemparkan tuduhan mencuri kepada Benyamin, bahkan Nabi Yusuf sangat gundah tatkala Benyamin dituduh melakukan hal ini (ayat 77 surah Yusuf).

Jawaban Detil

Kisah Nabi Yusuf As merupakan salah satu kisah indah dan menarik al-Quran. Salah satu episode dari kisah ini adalah apa yang Anda sebutkan pada pertanyaan di atas yaitu peristiwa ditahannya Benyamin, saudara Nabi Yusuf. Proses penahanan ini dilakukan sendiri oleh Nabi Yusuf.

Dalam episode ini terdapat beberapa peristiwa yang dapat dikaji dari beberapa sisi.

  1. Mengapa Nabi Yusuf meletakkan wadah khusus tersebut dalam karung Benyamin? Apa hikmah di balik perbuatan itu?
  2. Tuduhan mencuri disandarkan kepada siapa?
  3. Siapakah yang melemparkan tuduhan mencuri ini?
  4. Siapa saja yang melemparkan tuduhan mencuri ini kepada Benyamin dan apa reaksi Nabi Yusuf terhadap tuduhan ini?

 

Jawaban Pertanyaan Pertama:

Nabi Yusuf bermaksud menahan saudaranya sedemikian sehingga saudara-saudara lainnya tidak tahu masalah ini. Dari satu sisi, dalam ajaran Kan’an dan kaum Yakub As disebutkan bahwa apabila seseorang mencuri maka ia harus tinggal untuk beberapa lama dan melayani orang yang hartanya dicuri. Nabi Yusuf dengan ilham Rabbani menyusun sebuah rencana untuk memenuhi niatnya ini. Ia menaruh sebuah wadah (piala) yang sangat berharga pada karung saudaranya Benyamin sehingga dengan menggunakan hukum yang berlaku di antara mereka, ia dapat menahan saudaranya untuk beberapa lama.  Allah Swt berfirman, “Maka mulailah Yusuf (memeriksa) karung-karung mereka sebelum (memeriksa) karung saudaranya sendiri, kemudian dia mengeluarkan piala raja itu dari karung saudaranya. Demikianlah Kami tunjukkan jalan keluar kepada Yusuf. Yusuf tidak mungkin dapat mengambil saudaranya menurut undang-undang raja (Mesir), kecuali Allah menghendakinya.” (Qs. Yusuf [12]:76)  

Menurut sebagian riwayat, Benyamin juga mengetahui rencana ini bahkan Yusuf berkata kepada saudaranya Benyamin, “Apakah engkau ingin tinggal bersamaku?” Benyamin menjawab, “Iya. Tapi saudara-saudaraku tidak akan pernah rela meninggalkanku bersamamu; karena mereka berjanji kepada ayah dan bersumpah apa pun resikonya harus mengembalikanku ke hadapan ayah bersama mereka.” Yusuf berkata, “Jangan kuatir. Saya akan menyusun sebuah rencana sehingga mereka membiarkanmu untuk tinggal bersamaku.” Kemudian tatkala karung-karung milik saudara-saudaranya disiapkan, Yusuf memerintahkan piala raja tersebut ditaruh di karung saudaranya Benyamin.”[1] Dengan demikian hikmah dari perbuatan seperti ini sama sekali bukan tindakan menunduh dan menuding seseorang.

 

Jawaban Pertanyaan Kedua:

Sebagaimana yang disebutkan dalam al-Quran, Nabi Yusuf hanya memerintahkan supaya meletakkan piala dalam karung saudaranya Benyamin dan tuduhan mencuri disandarkan kepada kafilah bukan kepada pribadi Benyamin. Al-Quran mengisahkan peristiwa ini, “Maka tatkala telah disiapkan untuk mereka bahan makanan mereka, Yusuf memasukkan piala  (tempat minum) ke dalam karung saudaranya. Kemudian berteriaklah seseorang yang menyerukan, “Hai kafilah, sesungguhnya kamu adalah para pencuri.” (Qs. Yusuf [12]:70) Karena itu dalam kisah ini, Nabi Yusuf tidak pernah melontarkan tuduhan mencuri kepada Benyamin. Benar meski setelah penggeledahan, turuhan melakukan pencurian diarahkan kepada Benyamin namun sebagaimana yang telah dijelaskan dan yang dapat disimpulkan dari tafsir al-Mizan; saudara Nabi Yusuf itu mengetahui masalah ini karena itu Benyamin sama sekali tidak merasa tertuduh.[2]

 

 

Jawaban Pertanyaan Ketiga

Menarik untuk kita ketahui bahwa tuduhan mencuri dialamatkan kepada kafilah yang dilakukan seseorang selain Nabi Yusuf As. Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, Allah Swt menyebut orang tersebut sebagai orang yang menyeru. Karena itu, pertama, dalam al-Quran tuduhan mencuri tidak dialamatkan kepada Benyamin, melainkan kepada kafilah. Kedua, tuduhan ini dilontarkan oleh salah seorang petugas pemerintahan yang secara lahir tidak tahu duduk perkara secara jelas.[3]

 

Jawaban Pertanyaan Keempat

Sebagai kelanjutan ayat-ayat ini, saudara-saudara Benyamin menemukan piala di karung Benyamin mereka menuduh Benyamin dan Yusuf yang mencuri yang membuat Nabi Yusuf bersedih dan karena Nabi Yusuf tidak ingin inti persoalan diketahui oleh orang banyak, ia hanya memprotes dalam dirinya dan atas tuduhan mencuri yang dialamatkan kepada dirinya dan kepada Benyamin. Al-Quran melukiskan peristiwa ini dengan indah dan menyatakan, “Mereka berkata, “Jika ia mencuri, maka sesungguhnya telah pernah mencuri pula saudaranya sebelum itu.” Maka Yusuf menyembunyikan kejengkelan itu dalam dirinya dan tidak menampakkannya kepada mereka. Dia hanya berkata, “Kamu lebih buruk kedudukanmu (dalam pandanganku) dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu terangkan itu.” (Qs. Yusuf [12]:77) Artinya tidak hanya Benyamin tidak dituduh mencuri bahkan Nabi Yusuf bersedih tatkala tuduhan mencuri dialamatkan kepada Benyamin.

 

Kesimpulan

Benar bahwa Nabi Yusuf yang meletakkan piala raja di karung saudaranya, namun bukan ia dan juga bukan orang lain yang melontarkan tuduhan mencuri. Hal ini yang telah kami jelaskan dengan memperhatikan lahir ayat-ayat di atas.

Namun terdapat kemungkinan lainnya dan kemungkinan itu adalah bahwa Nabi Yusuf mengetahui dan menegaskan pencurian kafilah dan bahkan menggunakan kalimat, “Wahai kafilah kalian adalah pencuri.”[4] kepada Nabi Yusuf. Karena itu, kemungkinan ini adalah jawaban yang memuaskan.

Apa yang dapat disimpulkan dari riwayat-riwayat tentang masalah ini adalah bahwa Nabi Yusuf dalam peristiwa ini melakukan tauriyyah. Tauriyyah artinya bahwa seseorang menggunakan sebuah lafaz dan memiliki niat hakiki dari lafaz tersebut namun sedemikian ia ungkapkan lafaz tersebut sehingga lawan bicara menyimpulkan yang lain.[5] Tidak ada masalah mengungkapkan urusan seperti ini tatkala dalam kondisi darurat atau demi kemaslahatan.[6] Tauriyyah sesuai dengan penegasan fukaha (para juris) tidak termasuk dalam obyek dusta dan kidzb.[7]

Adapun terkait dengan masalah Nabi Yusuf juga terdapat riwayat yang menyatakan, bahwa “Demi Allah! Yusuf tidak pernah berdusta.”[8] Dalam riwayat lainnya, Imam Shadiq As bersabda, “Maksud Yusuf yang berkata, “Kalian adalah pencuri” adalah pencurian yang dilakukan oleh saudara-saudaranya yang dilakukan puluhan tahun sebelumnya. Mereka dengan plot dan tipuan mencuri Yusuf dari ayahnya dan melemparkannya ke sumur.[9] Karena itu, Yusuf meski secara langsung atau tidak langsung melemparkan tuduhan mencuri kepada mereka, namun ia melakukan praktik tauriyyah dan yang dimaksud dengan mencuri bukanlah mencuri piala. [iQuest]

 

Mungkin dua indeks terkait berikut bermanfaat untuk Anda telaah:

Terbunuhnya Anak Muda di Tangan Nabi Khidir As, Pertanyaan 4925 (Site: id5241)

Kemaksuman Para Nabi As dalam al-Quran, Pertanyaan 5427 (Site: id5700)

 


[1]. Ali Ibrahim Qummi, Kitâb Tafsir, jil. 1, hal. 349, Dar al-Kitab, Qum, 1376 S; Makarim Syirazi, Tafsir Nemune, jil. 10, hal. 34, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Teheran, 1376 S.

[2]. Muhammad Husian Thabathabai, al-Mizân fi Tafsir al-Qur’ân, Terjemahan Persia oleh Sayid Baqir Musawi Hamadani, jil. 11, hal. 304, Daftar Intisyarat-e Islami, Qum, 1374 S.`

[3]. Fadhl Hasan Thabarsi, Terjemahan Persia Tafsir Majma’ al-Bayân, jil. 12, hal. 266, Intisyarat-e Farahani, Teheran, 1360 S.

[4].  (Qs. Yusuf [12]:70)

[5]. Syaikh Murtadha Anshari, Makasib al-Muharramah, jil. 1, hal. 197, Dar al-Dzakhahir, Qum, 1411.

[6]. Ibid.

[7]. Ibid. Karena dusta (kidzb) bermakna menyampaikan sebuah lafaz namun yang dimaksudkan adalah berbeda dengan kenyataan yang ada. Silahkan lihat, Mirza Fattah Syahidi Tabrizi, Hidâyat al-Thâlib ila Asrâr al-Makâsib, jil. 1, hal. 101, Tanpa Tahun, Tanpa Tempat.

[8]. Muhammad Masyhadi Qummi, Kanz al-Daqâiq wa Bahr al-Gharâib, jil. 6, hal. 342, Sazeman Cap Wizarat Farhangg wa Irsyad Islami, Teheran, 1368 S.

[9]. Sayid Hasyim Bahrani, al-Burhan fi Tafsir al-Qur’an, jil. 3, hal. 188, Bunyad Bi’tsat, Teheran, 1368.

قوله في يوسف (عليه السلام): أَيَّتُهَا الْعِيرُ إِنَّكُمْ لَسارِقُونَ قال: «إنهم سرقوا يوسف من أبيه».

 

 

Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Klasifikasi Topik

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    261219 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    246340 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    230123 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    214983 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    176319 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    171619 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    168107 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    158167 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140961 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    134036 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...