Advanced Search
Hits
15670
Tanggal Dimuat: 2015/07/23
Ringkasan Pertanyaan
Apakah falsafah dan tujuan pengulangan dari sebagian kata, kalimat dan ayat-ayat al-Quran?
Pertanyaan
Mengapa terdapat sebuah ayat dalam surah al-Rahman yang diulang sampai 31 kali?
Jawaban Global
Tujuan pengulangan dan penegasan/penekanan suatu perkara adalah untuk menunjukkan pentingnya perkara  tersebut. Dengan kata lain tujuan pengulangan ini adalah untuk menggiring pendengar supaya menaruh perhatian khusus terhadap perkara yang dimaksud.
Sebagai contoh, berdasarkan pendapat sebagian mufassir falsafah pengulangan ayat «فَبِأَیِّ آلاءِ رَبِّکُما تُکَذِّبانِ» pada surah al-Rahman adalah pengakuan terhadap nikmat yang telah Allah berikan, penegasan dan penekanan untuk diingatkan kembali akan semua nikmat yang mereka peroleh.
Karena itu, Allah Swt, setiap kali menganugerahkan nikmat dan mengingatkan kembali nikmat-nikmat-Nya yang telah diberikan kepada hamba-Nya, hal ini pada hakekatnya pengakuan terhadap nikmat-nikmat itu dan melakukan peneguran jika mendustakan nikmat itu.
Namun tentu saja ada yang berpendapat bahwa tujuan pengulangan ini adalah menarik perhatian pendengar untuk menaruh perhatian khusus terhadap kandungan ayat dalam surah itu atau untuk menunjukkan pentingnya persoalan itu.
 
Jawaban Detil
Salah satu metode yang digunakan al-Quran untuk menyampaikan pesannya adalah metode pengulangan satu kata atau satu kalimat atau satu ayat secara penuh. Pengulangan ini memiliki faedah dan manfaat dan merupakan metode penggunaan pembicaraan (kalam) secara baik.
Terdapat dua bentuk pengulangan dalam Al-Quran:
  1. Pengulangan secara maknawi
Yang dimaksud dengan bentuk ulangan ini adalah pengulangan kandungan atau pemahaman, seperti pengulangan kisah Nabi Ibrahim As atau Nabi Musa yang bisa dijumpai secara berulang dalam berbagai ayat atau kalimat atau ibarat yang berbeda-beda atau yang dimulain dari berbagai sisi kehidupan mereka.
  1. Pengulangan lafadz
Pengulangan jenis ini memiliki ragam bentuk yang bermacam-macam:
  1. Kadang-kadang pengulangan terjadi pada satu kata seperti:
«قَوارِیرَا قَوارِیرَا» [1]
  1. Kadang-kadang pengulangan terjadi pada satu kalimat secara utuh yang sebagiannya merupakan kalimat yang diulang dan tidak saling berdekatan, namun tersebar dalam berbagai surah, seperti:
«وَ ما ظَلَمُونا وَ لکِنْ کانُوا أَنْفُسَهُمْ یَظْلِمُونَ»
Dimana salah satunya berada pada surah al-Baqarah ayat 75 dan kali lainnya pada surah al-A’raf ayat 160.
Demikian juga seperti ayat: «کانُوا أَشَدَّ مِنْهُمْ قُوَّةً» dimana salah satunya terdapat dalam surah Rum ayat 9, pada kali lainnya berada di surah al-Fatir ayat 44 dan kali lainnya berada di surah al-Ghafir ayat 21.
  1. Kadang-kadang ayat diulang dan berada saling berdekatan.
«أَصْحابُ الْیَمِینِ ما أَصْحابُ الْیَمِینِ»[2]
«فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ یُسْراً إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ یُسْراً»[3]
  1. Kadang-kadang pengulangan terjadi dalam satu kalimat karena  adanya jarak/pemisah ayat-ayat dalam satu surah seperti pada ayat:
«فَبِأَیِّ آلاءِ رَبِّکُما تُکَذِّبانِ» diulang sebanyak 31 kali dalam surah al-Rahman dan «فَوَیْلٌ یَوْمَئِذٍ لِلْمُکَذِّبِینَ» yang diulang sebanyak 2 kali dalam surah al-Mursalat. Kalimat-kalimat ini digunakan untuk membedakan pembahasan-pembahasan yang mirip antara yang satu dengan yang lainnya.[4]
 
Falsafah Pengulangan
Para mufasir dan Sarjana Ulumul Quran terkait dengan hubungan falsafah dan tujuan pengulangan dalam al-Quran berkata: Pada umumnya pengulangan dimaksudkan untuk penegasan suatu perkara dan untuk menetapkan kalam atau untuk menunjukkan pentingnya permasalahan dan untuk menarik perhatian pendengar terhadap kandungan yang ada dalam surah itu. Dengan kata lain tujuan pengulangan adalah untuk menggiring pendengar supaya mengingatkan kembali maksud yang diinginkan. Namun kadang-kadang pengulangan satu kata karena diantara maudhu dan mahmul atau mubtada dan khabar terdapat pemisah sehingga dalam hal ini pengulangan maudhu atau mubtada menjadi penting guna mengingatkan kembali akan maksud yang diinginkan.
«ثُمَّ إِنَّ رَبَّکَ لِلَّذِینَ عَمِلُوا السُّوءَ بِجَهالَةٍ ثُمَّ تابُوا مِنْ بَعْدِ ذلِکَ وَ أَصْلَحُوا إِنَّ رَبَّکَ مِنْ بَعْدِها لَغَفُورٌ رَحِیمٌ»[5]
Namun falsafah pengulangan ayat «فَبِأَیِّ آلاءِ رَبِّکُما تُکَذِّبانِ» dalam surah Al-Rahman adalah untuk menetapkan nikmat-nikmat yang banyak dan menegaskan dalam menyebutkan semua nikmat-nikmat itu. Jadi dimana saja Allah mengkaruniakan nikmat dan Tuhan mengingatkan akan nikmat itu, pada hakekatnya hal itu adalah penetapan dan peneguran terhadap orang-orang yang mendustakannya. Sebagaimana perkataan seseorang kepada orang lain: Apakah aku tidak berbuat baik kepadamu ketika aku memberikan hartaku kepadamu, apakah aku tidak berbuat baik ketika aku memberikan tanah dan harta kepemilikanku kepadamu, apakah aku tidak membantumu ketika aku membangun rumah untukmu? Oleh itu, pengulangan dalam hal itu adalah sesuatu yang baik untuk menetapkan suatu hal yang menjadi perbedaan. Pengulangan juga banyak didapati di dalam kalam-kalam dan syair-syair Arab.[6] Oleh itu, tidak ada pengulangan dan juga bukan merupakan penegasan akan sesuatu dalam kandungan ayat-ayat itu.[7]
Dengan kata lain, pengulangan dalam surah al-Rahman bukan hanya untuk penegasan sabagaimana pemahaman kebanyakan orang, namun untuk mengambil pengakuan, memberi tahu orang yang lengah, menegur, dan menghukum orang-orang yang mengingkari nikmat Ilahi yang selalu menginginkan setiap nikmat karena setiap maujud berada dibawah pengontrolannya dan untuk mengingatkan bahwa segala sesuatu yang berada di bumi dan atas bumi, bahkan setiap mumkin yang berada di alam semesta, semua merupakan kepunyaan Tuhan,  berada di bawah kontrol-Nya dan merupakan manifestasi dan pancaran dari rahmat-Nya yang tidak terbatas dari gambaran karunia luas «وَ رَحْمَتِی وَسِعَتْ کُلَّ شَیْ‏ءٍ» yang muncul secara tepat.[8] [iQuest]
 

[1] Qs Al-Mukminun [23]: 36
[2] Qs Al-Waqi’ah [56]: 27.
[3] Qs Al-Insyirah [94]: 6 & 7
[4] Silahkan lihat: Ja’fari. Ya’qub, Seiri dar Ulumul Qurān, hal. 270-272, Tehran, Uswah, Cet. 3, 1382.
[5]  Qs Al-Nahl [16]: 119; Seiri dar Ulumul Quran, hal. 272.
[6] Thabarsi, Fadhl bin Hasan, Majma' al Bayān fi Tafsir al-Quran, Mukadimah al- Balaghi, Muhammad Jawad, jil. 9, hal. 301, Tehran, Nashir Khosroi, cet. 3, 1372, Husaini Amidi, Sayid Amiduddin bin Muhammad A’raj, Kanz al-Fawāid fi Hal Musykilāt al-Qawāid, diriset dan diedit oleh: Wa’idhi, Muhyiddin, Katib, Haj Kamal, Asadi, Jalal, jil. 2, hal. 113, Qum, Daftar Intisyarat Islami, cet. 1, hal. 1424.
[7] Mughniyah, Muhammad Jawad, Tafsir al-Kasyāf, jil. 7, hal. 207, Tehran, Dar al-Kitab Islamiyah, cet. 1, 1416.
[8] Banui Isfahani, Sayidah Nusrat Amin, Makhzan al-Irfān dar Tafsir al-Qurān, jil. 12, hal. 14, Tehran, Nehdhat Zanan Musalmanan, 1361.
Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Klasifikasi Topik

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    261052 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    246194 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    230007 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    214851 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    176193 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    171506 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    167977 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    158021 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140806 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    133971 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...