Advanced Search
Hits
11589
Tanggal Dimuat: 2009/09/22
Ringkasan Pertanyaan
Saya tidak bergairah dan memiliki mood saat mengerjakan shalat, apa yang harus saya lakukan?
Pertanyaan
Saya tidak bergairah dan memiliki mood saat mengerjakan shalat, apa yang harus saya lakukan?
Jawaban Global

Shalat memiliki sisi lahir dan sisi batin. Sebagiamana bentuk lahirnya memiliki adab-adab dan syarat-syarat tertentu, demikian juga dengan bentuk batinnya.

Karena itu, sebagiamana menjaga syarat-syarat lahir shalat seperti kesucian pakaian, menghadap kiblat, memiliki wudhu dan sebagainya akan menyebabkan benarnya shalat. Memperhatikan syarat-syarat batin seperti perhatian kepada Allah Swt, khusyu', tuma'ninah dan sebagianya juga akan menyebabkan benarnya batin shalat dan sejatinya akan menjadikan shalat kita diterima di sisi Allah. Swt.

Dengan memperhatikan pendahuluan ini maka harus kita lihat bahwa sumber tiadanya gairah, semangat dan mood dalam mengerjakan shalat adalah lantaran ditinggalkannya salah satu dari syarat batin shalat dan dengan menjaga syarat-syarat ini maka kita dapat mendapatkan gairah, semangat, mood dan kehadiran hati dalam menunaikan shalat.
Jawaban Detil

Shalat berada pada puncak tertinggi di antara ibadah-ibadah yang lain. Hal ini sebagaimana disinyalir dalam banyak riwayat disebutkan bahwa shalat adalah mikraj mu'min dan tiang agama. Dua redaksi ini menandaskan pentingnya kewajiban yang dititahkan Allah Swt kepada kaum Muslimin ini.

Dari satu sisi, tersedianya satu fenomena yang berada di luar kebutuhan yang menjadi tuntutan dan tidak ada penghalang. Shalat juga tidak terlepas dari kaidah ini. Dalam shalat, terpenuhinya tuntutan dan tersingkirkanya pelbagai halangan dan sampainya pada shalat yang sejati hanya dapat terlaksana dengan menjaga syarat-syarat dan adab-adab lahir dan batin shalat.  Berbicara tentang adab-adab batin shalat sangat banyak. Akan tetapi secara ringkas kita akan menyebutkan beberapa dari adab-adab tersebut:

1.     Memberikan perhatian penuh kepada Allah Swt dan mencari tahu mengapa ibadah ini diperintahkan:

Artinya bahwa pelaku shalat harus memiliki makrifat dan pengetahuan yang lurus dan benar tentang Allah Swt. Dan mengetahui bahwa dengan siapa ia berhadap-hadapan. Allah Swt adalah kesempurnaan mutlak. Dan seluruh kesempurnaan bahkan kesempurnaan itu sendiri. Dan salah satu kesempurnaan Ilahi itu adalah hikmat. Atas alasan ini, seluruh perbuatan Ilahi memiliki tujuan. Dan di antara perbuatan Ilahi itu adalah penciptaan alam semesta dan bunga mahkota penciptaan itu adalah manusia dan tujuan penciptaan adalah sampainya manusia kepada kesempurnaan (takamul) dimana hakikat ini tidak dapat tercapai kecuali melalui jalan yang lurus (shirat mustaqim). Dan jalan yang lurus ini (shirat mustaqim) adalah penghambaan kepada Allah Swt: "Wa ani'buduni hadza Shirat Mustaqim." (Dan sembalahku inilah jalan yang lurus, Qs. Yasin [36]:61) Artinya mematuhi seluruh perintah dan aturan Ilahi. Ketaatan terhadap perintah Ilahi yang paling penting dan paling nyata memanifestasi dalam bentuk ibadah. Apabila seseorang tidak mengetahui falsafah dan tujuan ibadah maka sekali-kali tidak akan mendapatkan manfaat dari ibadah tersebut. Falsafah dan tujuan ibadah hanya dapat diraih melalui sinar ajaran agama.

2.     Menjauh dari segala yang berseberangan dengan ibadah: Mizan pengaruh seluruh perbuatan bergantung sepenuhnya pada pelbagai ruang yang disediakan sebelumnya, perhatian dan keikhlasan orang tersebut. Atas alasan ini, ibadah memiliki pengaruh yang beragam pada diri setiap orang. Menjauh dari segala perbuatan yang berseberangan dengan ibadah dan mengeliminir efeknya merupakan perkara yang sangat penting. Misalnya dua orang pasien yang mengerjakan perintah seorang dokter dan memakan obat-obat yang disarankan dokter untuk diminum. Akan tetapi salah satunya, menghindar dari segala yang merugikan dan satunya lagi tidak mengindahkan masalah ini. Dalam hal ini, anjuran dan resep dokter tidak mujarab atau kurang mujarab bagi yang kedua. Kita harus menghindar dari segala perbuatan dosa dan berpotensi menzalimi diri dan orang lain supaya ibadah yang kita kerjakan berpengaruh dan menghujam pada kedalaman batin kita dan akan menimbulkan gairah dalam beribadah. Karena itu, dalam banyak riwayat disebutkan bahwa sebisa mungkin untuk menjauh dari perbuatan dosa; karena kegelapan akan mendiami batin kita dengan perbuatan dosa, "Idza adznab al-rajul dakhala fii qalbihi nuqtatun saudah." (Jika seseorang berbuat dosa maka akan masuklah titik hitam dalam hatinya).[1]

Imam Shadiq As bersabda: "Sesungguhnya ayahku bersabda: Tiada yang lebih merusak hati kecuali perbuatan dosa. Karena hati akan ternoda dengan perbuatan dosa dan maksiat sehingga pada akhirnya dosa yang akan mendominasi hati dan membinasakannya."[2] Artinya, hati sesuai dengan watak aslinya adalah bersifat malakuti dan bercorak Ilahiah. Akan tetapi karena pengaruh dosa maka parasnya akan rusak, dan akhirnya bersifat nasuti (serba duniawi) dan setani.

Imam Shadiq As bersabda: "Sesungguhnya perbuatan dosa akan menjauhkan manusia dari ibadah dan shalat tahajjud serta kelezatan bermunajat dengan Tuhan.[3] Pengaruh perbuatan dosa melebih kecepatan belati tajam yang ditusukkan ke hati."[4]

3.     Berusaha untuk mensucikan jiwa: Tujuan pensucian jiwa adalah menyingkirkan pelbagai hijab dan tirai yang membentang antara manusia dan fitrahnya. Dengan membentangnya tirai ini, kristalisasi dan manifestasi tercerminnya wajah Tuhan melalui fitrahnya tidak terpenuhi. Tirai-tirai dan hijab-hijab ini tersusun dari pelbagai dosa, kelalaian, tenggelam dalam kenikmatan duniawi dan melupakan Tuhan dan akhirat serta alam malakut. Seluruh perintah dan hukum yang ditetapkan dalam syariat suci semuanya memiliki tujuan yang satu dan hal itu adalah mengurangi corak atau menyingkirkan pelbagai hijab dan benderangnya pancaran sinar fitrah dan hakikat manusia yang telah tenggelam dalam kubangan kelalaian dan maksiat. "Qad aflaha man zakkaha wa qad khaba man dassaha." (Sesungguhnya menanglah orang-orang yang mensucikan diri dan merugilah orang-orang yang menodainya, Qs. Al-Syams [91]:9-10)

4.     Mengerjakan perbuatan-perbuatan positif: Dari satu sisi, seluruh perbuatan yang dikerjakan oleh raga manusia dikendalikan oleh ruh. Seluruh anggota badan berada di bawah kontrolnya. Dan dari sisi lainnya, seluruh yang benderang dan gelap tempatnya pada ruh. Gelap dan benderangnya ruh adalah dipengaruhi oleh seluruh perbuatan manusia. Semua orang tahu pengaruh langsung segala perbuatan positif dan negatif atas ruh. Di antara perbuatan-perbuatan positif adalah mengerjakan ibadah; artinya apabila manusia memiliki sepuluh derajat kadar cahaya dan juga menunaikan shalat malam atau berupaya memenuhi kebutuhan masyarakat maka perbuatan-perbuatan baik ini akan menambah kadar cahaya pada ruhnya. Dan hal ini menjadi penyebab menguatnya ruh dan batinnya. Dan kadar cahaya agung yang bertambah ini akan menyebabkan munculnya gairah dan mood pada diri seseorang dalam mengerjakan ibadah seperti shalat. Akan tetapi kebalikannya yaitu pada perbuatan-perbuatan yang negatif  tentu akan menambah kadar kegelapan dalam diri pelakunya.  "Qul kulllu ya'mal 'ala syakilatihi." (Katakanlah segala sesuatunya berlaku berdasarkan bentuknya, Qs. Al-Isra [17]:84).

5.     Mencintai Allah Swt: Dosa dan kesalahan seseorang memiliki akar pada kecintaannya pada dunia dan kecendrungan ekstrem kepada pelbagai kelezatan alam natural dan kenikmatan material. Dalam hadis disebutkan bahwa "Hubb al-Dunya ra's kulli khatia'" (Kecintaan kepada dunia adalah akar dari segala kejahatan). Karena itu, apabila seseorang ingin kosong hatinya dari perbuatan dosa maka hendaknya ia berperang dengan akar dan sumber perbuatan dosa tersebut. Ia harus berupaya meminimalisir kecintaan kepada dunia dalam dirinya dan menetralisir kecendrungan kepada pelbagai kelezatan duniawi dalam jiwanya. Apabila ia melakukan hal ini dan dengan meminta pertolongan Allah Swt maka dalam pekerjaan yang mahaberat ini ia akan menuai keberhasilan. Dengan demikian ia dapat mengosongkan hatinya dari perbuatan dosa dan alih-alih mencintai dunia beserta isinya ia mengalihkan cintanya kepada Allah Swt dan para wali-Nya.

 

Kesimpulan:

Apabila kita ingin memiliki gairah dan khusyu dalam menunaikan shalat maka kita harus menjaga adab-adab batin shalat dengan perbuatan-perbuatan yang mendatangkan cahaya. Dengan menjaga adab-adab batin shalat maka kita memberikan kekuatan pada cahaya batin kita dan mensucikan eksistensi kita dari pelbagai penyakit moral sehingga dapat meraih kelezatan dalam beribadah. Lantaran orang sakit karena penyakit yang dideritanya tidak dapat merasakan lezatnya makanan-makanan yang terbaik sekalipun. Perasaan anoreksi dan tiadanya selera makanan dalam menyantap makanannya. Akan tetapi patut diingat bahwa memakan makanan meski demikian memainkan peran penting dalam menyembuhkan orang sakit tersebut. Karena itu, sebagiamana yang telah disinggung di sela-sela pembahasan, kita memandang bahwa keduanya saling mempengaruhi antara satu dengan yang lain.[]

 

Sumber referensi dan telaah:

1.     Âdâb al-Shalât, Imam Khomeini.

2.     Râh-e Khuruj az Shifat Radzilah, Sayid Rahim Tawakkal

3.     Sirr al-Shalât, Imam Khomeini.



[1]. Ushûl Kâfi, jil. 3, Bab al-dzunub, riwayat ke-13.  

[2]. Ushûl Kâfi, jil. 2, hal. 268, Bab al-dzunub, hadis pertama.  

[3]. Ibid, hal. 272, hadis ke-16; Jâme' al-Sa'âdah, jil. 3, hal. 48.

[4]. Muhammad Ridha Mahdi Kani, Nuqtehâ-ye Âghâz dar Akhlâq 'Amali, hal. 116.  

Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    259839 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    245605 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    229509 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    214298 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    175605 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    170983 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    167404 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    157469 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140317 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    133542 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...