Advanced Search
Hits
21501
Tanggal Dimuat: 2010/01/09
Ringkasan Pertanyaan
Apakah al-Qur'an menyinggung jembatan shirâth?
Pertanyaan
Dalam al-Quran al-Karim redaksi ayat yang bermakna jembatan shirâth tidak disebutkan dan kata shirâth juga disebutkan bermakna jalan. Apa yang menjadi sebab penggunaan kata "jembatan shirâth" ini popular di kalangan masyarakat? Dan apa hubungan yang terjalin antara shirât dan jembatan shirât?
Jawaban Global

Meskipun redaksi jembatan shirâth tidak kita jumpai dalam al-Qur'an, namun pada sebagian riwayat dapat kita lihat penggunaan redaksi tersebut dengan tegas dapat ditemukan dalam hadis dari Imam Ja’far Shadiq As dalam tafsiran redaksi "mirshâd" pada ayat 14 surah al-Fajr (89).[i] Imam Ja'far Shadiq menafsirkan redaksi "mirshâd" ini sebagai jembatan yang melintas (di atas) neraka.

Untuk memperjelas tema pembahasan, kami akan menjelaskan sebuah pembahasan terkait dengan kata shirâth. Shirâth bermakna jalan, dan adapun maksud shirat al-mustaqim yang juga disebutkan pada sebagian ayat al-Quran adalah jalan lurus dan jalan petunjuk di dunia ini dimana apabila seseorang berada di jalan ini maka di akhirat juga ia akan berjalan di atas jalan yang sama. Sebaliknya jika ada seseorang yang menyimpang dan tergelincir dari jalan ini di dunia maka di akhirat kelak juga akan tergelincir dan terpuruk.

Bukti dari apa yang kami sampaikan ini adalah hadis yang dinukil dari Imam Ja’far Shadiq As. Imam As bersabda: ”Shirâth adalah jalan makrifat kepada Tuhan yang mencakup dua jalan yaitu jalan di dunia dan jalan di akhirat. Adapun shirâth di dunia adalam imam yang mesti harus ditaati, dan shirâth di akhirat adalah jembatan yang melintas (di atas) neraka jahannam. Barang siapa melintas dengan baik di atas jalan (shirat) dunia, yaitu mengenal dan mentaati imamnya maka di akhirat kelak ia akan melewati jembatan shirâth dengan mudah. Dan barang siapa yang tidak mengenal imammnya di dunia maka di akhirat kelak kakinya akan tergelincir dan terjerembab jatuh ke dalam neraka.”

Makna sabda Imam Shadiq ini adalah bahwa terdapat hubungan yang terjalin berkelindan antara dua shirâth. Artinya barang siapa semasa hidupnya di dunia berjalan di atas shirâth (mengenal dan mentaati imamnya) maka ia akan melalui shirâth di akhirat dengan mudah dan tidak akan terjerembab jatuh ke dalam neraka jahannam. Pada hakikatnya, jembatan shirâth yang mengemuka dalam riwayat adalah penampakan dan pemunculan jembatan shirat dunia (di akhirat) yang disebut sebagai imam dan orang-orang memiliki tugas untuk berjalan di atas shirât ini (dengan mengenal kemudian mentaatinya).

Karena itu, apabila dalam sebagian riwayat shirâth disebutkan sebagai salah satu tempat atau kediaman di hari Kiamat, dengan ragam redaksi seperti jembatan shirat, jembatan neraka dan sebagainya, adalah semata-mata untuk memahamkan masyarakat terhadap masalah ini dan supaya mereka memahaminya dengan mudah.



[i]. "Sesungguhnya Tuhan-mu benar-benar mengawasi."

Jawaban Detil

Sebagai pendahuluan harus dikatakan bahwa shirâth adalah jalan dan kemudian dideskripsikan dengan redaksi kata "mustaqim," yang bermakna jalan lurus. Pada sebagian dari ayat-ayat dari al-Qur'an redaksi ayat shirâth mustaqim dapat juga disinggung seperti pada ayat-ayat:

1.     "Tuhanku tunjukkanlah kami jalan yang lurus." (Qs. Al-Fatiha [1]:5)

2.     "Sesungguhnya Allah adalah Tuhan-ku dan Tuhan-mu, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus." (Qs. Ali Imran [3]:51)

3.     Barang siapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus." (Qs. Ali Imran [3]:101)

4.     "Dan inilah jalan Tuhanmu; (jalan) yang lurus. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan ayat-ayat (Kami) kepada orang-orang yang mengambil pelajaran." (Qs. Al-An'am [6]:126)

 

Pada kesemua ayat di atas menandaskan bahwa yang di maksud dengan shirâth mustakim adalah jalan lurus dan jalan hidayah di dunia ini, kalau seseorang di dunia ini dimana apabila seseorang mengayungkan langkahnya di jalan  ini maka di akhirat juga ia akan berjalan di atas jalan yang sama. Artinya hasil dari segala amal kebaikannya di dunia akan ia dapatkan.

Satu hal yang jelas adalah bahwa apa yang dimaksudkan al-Qur'an terkait shirâth mustaqim pada ayat-ayat ini adalah mengamalkan seluruh perintah dan hukum Ilahi yang merupakan sebaik-baik jalan dan model kehidupan bagi manusia di dunia ini. Dan mengamalkan perintah-perintah ini, laksana bergerak dan berjalan di jalan lurus yang menuntun manusia kepada petunjuk. Atas dasar ini, pada sebagian riwayat para Imam Maksum disebut sebagai shirât mustaqim (jalan lurus).[1]

Imam Jafar Shadiq As bersabda:” Imam As bersabda: ”Shirâth adalah jalan makrifat kepada Tuhan yang mencakup dua jalan yaitu jalan di dunia dan jalan di akhirat. Adapun shirâth di dunia adalam imam yang mesti harus ditaati, dan shirâth di akhirat adalah jembatan yang melintasi neraka jahannam. Barang siapa melintas dengan baik di atas jalan (shirat) dunia, yaitu mengenal dan mentaati imamnya maka di akhirat kelak ia akan melewati jembatan shirâth dengan mudah. Dan barang siapa yang tidak mengenal imammnya di dunia maka di akhirat kelak kakinya akan tergelincir dan terjerembab jatuh ke dalam neraka.”[2]

Begitu pula terkait dengan ayat 14 surah al-Fajr (89), inna Rabbika labil mirshâd,[3] Imam bersabda bahwa mirshâd adalah jembatan yang melintasi neraka dan orang-orang yang berlaku aniaya kepada orang lain tidak akan dapat melewati jembatan tersebut.”[4]

Meskipun demikian apa yang disabdakan Imam Jafar Shadiq As adalah salah satu dari penjelasan mishdâq (obyek luaran) atau contoh dari redaksi "mirshâd" (dalam pengawasan). Karena pengawasan Ilahi tidak hanya terdapat pada kiamat atau jembatan yang popular disebut sebagai shirâth mustaqim, lantaran di dunia ini orang-orang zalim berada pada mirshâd (dalam pengawasan) Tuhan.”[5]

Oleh itu “jembatan shirâth” adalah sebuah hakikat yang disebutkan dalam al-Qur'an[6] demikian juga pada riwayat yang menjelaskan ciri-ciri dan tipologi shirât tersebut. Imam Ja’far Sahdiq As bersabda: ”Di atas neraka terdapat jembatan yang jauh lebih tipis dari rambut dan jauh lebih tajam dari pedang.”[7]

Nabi Muhammad Saw bersabda: ”Yang paling kokoh langkahnya di antara kalian di atas shirât (jembatan) adalah mereka yang kecintaannya lebih besar terhadap Ahlulbaitku.”[8]

Yang harus diperhatikan disini adalah bahwa jembatan shirâth adalah salah satu tempat pemberhentian di hari Kiamat dan pada sebagian riwayat disebutkan dengan ragam redaksi, seperti jembatan, jembatan neraka, jembatan shirâth dan sebagainya, akan tetapi maksud dari sebagian riwayat ini adalah tempat pemberhentian dengan maksud untuk memudahkan masyarakat memahaminya. Karena itu tempat pemberentihan ini disebut sebagai jembatan. Bukan seperti kebanyakan jembatan di dunia ini yang memiliki fondasi dan menjadi tempat lintasan orang-orang, binatang dan alat transportasi.

Yang dimaksud shirât dalam al-Qur'an dan riwayat di sini adalah jalan, lintasan, cara, atau maktab. Dengan kata lain, orang-orang harus tahu bahwa maktab atau sebuah jalan yang akan mengantarkan mereka kepada kebahagiaan hakiki nan abadi adalah satu maktab, jalan dan metode, dengan tipologi dan ciri-cirinya yang khas; yaitu agama Allah Swt (Islam hakiki). Dan hanyalah dengan menjejakkan kaki di jalan ini yang akan menjadi penyebab kebahagiaan dan keselamatan manusia di dunia dan akhirat.

Di sisi lain, ketika manusia lalai dari makrifat yang sebenarnya terhadap pelbagai tipologi, kehalusan dan kejelian jalan ini maka hal tersebut akan menyebabkan penyimpangan dan keterpurukan di jalan kesesatan.

Oleh itu, penafsiran, jembatan shirat yang dideskripsikan sebagai lebih tajam dari "pedang" dan lebih tipis dari "rambut", adalah sebuah jalan yang sangat subtil, akurat dan terhitung sehingga Allah Swt menetapkan starting-point-nya (titik mulanya) di dunia ini. Dan akan bersambung di akhirat sebagai kelanjutannya. Karena itu, barang siapa yang ingin melintas jembatan shirâth dengan mudah maka ia mesti berhati-hati di dunia ini dan memastikan langkahnya telah diayunkan di atas jalan ini (mengenal dan mengikuti para Imam Maksum As) dan berhati-hati jangan sampai tergelincir dan keluar dari jalan tersebut. Dengan ungkapan yang lebih tepat, jembatan shirâth di hari Kiamat merupakan penampakan dan penjelmaan jembatan shirâth di dunia yaitu berupa ketaatan kepada Imam Maksum As.[IQuest]

 



[1]. Ma'âni al-Akhbâr, hal 32.

[2]. Ibid; Mizân, al-Hikmah, jil. 5, hal 346, klausul, shirâth.

[3]. "Sesungguhnya Tuhan-mu benar-benar mengawasi."

[4]. Bihâr al-Anwâr,  jil. 8 hal 66.

[5]. Tafsir Nemune, jil. 26,  hal. 48.

[6]. Di samping yang telah disampaikan sebelumnya, ayat-ayat 71-72 yang termaktub pada surah Maryam, "Dan tidak ada seorang pun darimu, melainkan pasti memasuki neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Dan Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut," boleh jadi menyinggung jembatan shirath ini. Untuk telaah lebih jauh silahkan Anda lihat, Tafsir Nemune, jil. 13, hal 112-117.

[7]. Mizân, al-Hikmah, jil. 5, hal 346.

[8]. Bihâr al-Anwâr,  jil. 8 hal, 69.

Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    259837 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    245602 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    229508 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    214295 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    175603 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    170983 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    167402 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    157469 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140314 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    133542 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...