Advanced Search
Hits
110712
Tanggal Dimuat: 2010/03/24
Ringkasan Pertanyaan
Siapakah ayah Ibrahim yang sebenarnya?
Pertanyaan
Siapakah ayah Ibrahim yang sebenarnya? Apakah ayahnya adalah penyembah berhala? Apakah setiap nabi itu harus dari keturunan yang suci?
Jawaban Global

Pertanyaan ini dapat dibagi menjadi dua bagian:

1.             Tentang ayah nabi Ibrahim As.

2.             Tentang ayah seluruh nabi.

Sehubungan dengan persoalan pertama terdapat dua pandangan:

1. Sebagian ulama Ahlusunnah berkeyakinan bahwa ayah nabi Ibrahim As adalah penyembah berhala dan namanya adalah Azar.

2. Sebagian ulama Ahlusunnah lainnya dan seluruh kaum Syiah berkeyakinan bahwa ayah, ibu dan seluruh kakek-nenek para nabi yang di antaranya adalah Nabi Ibrahim As sama sekali tidak ada yang musyrik dan tidak pernah menyembah berhala. Bahkan mereka semua adalah muwahhid (meng-esakan Tuhan) dan menyembah Allah Swt. Adapun nama ayah Nabi Ibrahim As adalah Tarikh.

Terdapat empat ayat dalam Al-Qur'an yang menyebutkan kata "ab”  terkait dengan Azar namun yang maksudnya adalah bukan ayah, melainkan paman Nabi Ibrahim As. Berdasarkan berbagai riwayat yang dinukil dari Rasulullah Saw bahwa seluruh kakek-nenek beliau Saw sampai kepada nabi Adam As adalah orang-orang yang muwahhid (bertauhid). Dalam hal ini Rasulullah Saw bersabda: "Aku senantiasa berpindah-pindah dari sulbi-sulbi yang suci kepada rahim-rahim yang suci". Sesuai dengan nukilan hadis tersebut dapat disimpulkan bahwa ayah Nabi Ibrahim As tidak mungkin seorang yang musyrik. Karena itu, kata “ab” pada ayat tersebut bukan bermakna ayah, tetapi bermakna paman atau ayah isteri atau lainnya. Terdapat pada ayat lainnya bahwa kata “ab” dimaksudkan sebagai makna kakek, paman dan ayah hakiki. Karena itu, jika dikatakan bahwa Azar yang dalam al-Qur'an diungkapkan dengan redaksi “ab”, maka maksudnya adalah paman Nabi Ibrahim As. Sesuai dengan kamus istilah al-Qur'an bahwa makna tersebut mempunyai landasan yang kuat.  Dalam riwayat-riwayat Syiah dijelaskan bahwa ayah hakiki Nabi Ibrahim As itu bernama Tarikh, kitab Taurat pun mengokohkan pandangan ini. Adapun apakah setiap nabi itu harus dari keturunan yang suci? Terdapat riwayat yang dinukil dari Rasulullah Saw bahwa "Tidak seorang pun dari seluruh ayah dan ibuku (datuk-datuk) itu pernah menyentuh perbuatan keji (zina). Riwayat ini juga meliputi seluruh kakek-nenek beliau Saw. Mengingat bahwa tolok ukur kesucian ayah-ibu seluruh nabi itu sama, maka berdasarkan kaidah "tanqihu al-manâth" (memutuskan suatu hukum berdasarkan kesamaan tolok ukur), hukum ini dapat meliputi seluruh para nabi.

Jawaban Detil

Pertanyaan ini dapat dibagi menjadi dua bagian:

1.   Tentang ayah nabi Ibrahim As.

2.   Tentang ayah seluruh nabi.

Sehubungan dengan persoalan pertama terdapat dua pandangan:

1. Sebagian ulama Ahlusunnah berkeyakinan bahwa ayah nabi Ibrahim As adalah penyembah berhala dan namanya adalah Azar.

2. Sebagian ulama Ahlusunnah lainnya dan seluruh kaum Syiah berkeyakinan bahwa ayah, ibu dan seluruh kakek-nenek para nabi dan di antaranya adalah Nabi Ibrahim As, sama sekali tidak ada yang musyrik dan tidak pernah menyembah berhala. Bahkan mereka semua adalah orang-orang yang muwahhid (meng-esakan Tuhan) dan menyembah Allah Swt. Adapun nama ayah Nabi Ibrahim As adalah Tarikh.

Boleh jadi sumber perbedaan ini adalah ayat-ayat yang terdapat dalam al-Qur'an. Karena dalam al-Qur'an terdapat ayat yang menggunakan kata “ab

 untuk seseorang yang bernama Azar yang biasanya (tanpa indikasi) digunakan sebagai makna ayah. Dengan itu, maka ayat-ayat tersebut harus dikaji terlebih dahulu, kemudian setelah meneliti dan memecahkannya barulah kami akan menjawab pertanyaan Anda.

Terdapat empat ayat di dalam Al-Qur'an yang menggunakan kata “ab” sekaitan dengan Azar :

1.     "Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk ayahnya (pamannya Azar), tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu (agar ia tertarik kepada keimanan). Akan tetapi tatkala telah jelas bagi Ibrahim, bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri darinya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun." (Qs. Al-Taubah [9]: 114).

2.     “Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya (pamannya) Azar: "Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat bahwa kamu dan kaummu berada dalam kesesatan yang nyata." (Qs. Al-An'am [6]: 74)

3.     "Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya (pamannya: Azar) dan kaumnya: "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah." (Qs. Al-Zukhruf [43]: 26)

4.     "Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya (pamannya): "Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan (kepada Allah) bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari (siksaan) Allah.” Qs. Al-Mumtahanah [60]:

 

Pada ayat pertama, Allah Swt telah menjelaskan bahwa ayah (paman) Ibrahim sebagai musuhnya dimana beliau berlepas diri darinya. Dan pada ayat yang kedua Ibrahim mengatakan bahwa Azar berada dalam kesesatan yang nyata. Dan pada ayat yang ketiga Ibrahim As berkata bahwa beliau berlepas tangan dan tidak bertanggung jawab atas apa yang ia sembah. Adapun pada ayat yang keempat Ibrahim As berkata kepada Azar (berjanji kepadanya) bahwa beliau akan memintakan ampunan kepada Allah untuknya. Tetapi dengan memperhatikan ayat pertama yang menjelaskan bahwa Allah Swt berfirman: "Maka tatkala telah jelas bagi Ibrahim, bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri darinya.”

 

Maksud dari kata “Ab

Berdasarkan tanda-tanda dan beberapa bukti yang akan kami jelaskan di bawah ini, menjadi jelaslah bahwa yang dimaksudkan dengan kata "Ab" pada ayat-ayat tersebut adalah paman Ibrahim As .

Berdasarkan berbagai riwayat yang datang dari Rasulullah Saw yang dinukil baik oleh mazhab Sunni maupun Syiah bahwa seluruh kakek-nenek beliau Saw sampai kepada Nabi Adam As adalah orang-orang yang muwahhid (bertauhid).[1] Dalam hal ini Rasulullah Saw bersabda: "Aku senantiasa berpindah-pindah dari sulbi-sulbi orang-orang yang suci kepada rahim-rahim wanita-wanita yang suci".[2] Dalam hadis yang lain Nabi  Saw bersabda: "Allah senantiasa memindahkanku dari sulbi-sulbi orang-orang yang suci kepada rahim-rahim para wanita suci hingga akhirnya Dia mengeluarkanku di alam duniamu ini, dan sama sekali aku tidak tersentuh oleh kotoran-kotoran jahiliyah".[3]

Sudah jelas bahwa ketika Rasulullah Saw adalah keturunan Nabi Ismail dan Ibrahim As, maka secara otomatis bahwa ayah Ibrahim As merupakan kakek Rasulullah Saw yang sesuai dengan hadis di atas tidak mungkin termasuk orang-orang yang musyrik. Dengan demikian bahwa kata “ab” di dalam ayat tersebut tidak mungkin diartikan dengan ayah. Tetapi bermakna lain sebagaimana makna yang biasa digunakan oleh orang-orang Arab, yaitu bemakna paman atau ayah isteri. Dalam al-Qur'an, Allah Swt menyebutkan Nabi Ismail yang merupakan paman Nabi Ya'qub As, sebagai ayahnya. Allah Swt berfirman: "Apakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) kematiannya, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang akan kamu sembah nanti sepeninggalanku?". Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, yaitu Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk penuh kepada-Nya." (QS. Al-Baqarah [2]: 133)

Dalam ayat tersebut kata “ab” diartikan sebagai kakek, paman dan ayah yang sesungguhnya. Karena itu, jika dikatakan bahwa Azar yang dalam al-Qur'an diungkapkan dengan kata “Ab”, maka maksudnya adalah paman Ibrahim As. Dan sesuai dengan kamus istilah al-Qur'an hal itu mempunyai dalil yang kuat.

Sesungguhnya ayah Ibrahim yang hakiki adalah orang lain dan bukan Azar. Tetapi Al-Qur'an tidak menjelaskan namanya. Dalam riwayat-riwayat Syiah namanya adalah Tarikh. Kitab Taurat pun mengokohkan pandangan ini.[4] Ummu Salamah, isteri Rasulullah Saw berkata: "Aku pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda: "Adnan adalah Ad putera Udud bin Ilyasa' bin Humaisa' bin Salaman bin Nabat bin Haml bin Qaidar bin Ismail bin Ibrahim As bin Tarikh bin Takhur bin Sarukh bin Ar'awa' bin Faligh bin 'Abir dan dia adalah Hud As bin Syalikh bin Arfakhsyad bin Sam bin Nuh As bin Lamak bin Matusylakh bin Akhnukh, dia adalah Idris bin Yarid bin Mahlail bin Qainan bin Anusy bin Syits bin Adam As; bapak manusia.[5] Karena itu, ayah Ibrahim adalah Tarikh, sedangkan Azar adalah pamannya.[6]

Tidak diragukan bahwa kaum musyrikin dan para penyembah berhala adalah merupakan musuh-musuh Allah Swt dan bagi setiap Muslim diwajibkan berlepas diri dari semua musuh Allah tersebut, bukan malah berlemah lembut dan menaruh simpati kepada mereka. Dengan itu kita saksikan, ketika telah jelas bahwa paman Ibrahim As; Azar adalah merupakan musuh Allah, beliau segera menyatakan berlepas diri dan tidak bertanggung jawab atas sikap dan perbuatannya itu. Allah Swt di dalam Al-Qur'an -dengan menukil ucapan Ibrahim- berfirman: "Maka ketika telah jelas baginya bahwa dia (Azar, pamannya) adalah musuh Allah, maka ia tidak bertanggung jawab terhadapnya." (Qs. Al-Taubah [9]: 114)

 

Apakah setiap nabi harus dari keturunan yang suci?

Al-Suyuthi dalam al-Durr al-Mantsur – terkait dengan ayat yang “wa laqad ja’akum Rasulun min anfusikum,”[7]– menyatakan: "Abu Na'im dalam kitabnya Dalâil meriwatkan sebuah hadis dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah Saw bersabda: "Tidak seorang pun dari semua ayah dan ibuku pernah menyentuh perbuatan keji (zina), dan Allah Swt senantiasa memindahkanku dari sulbi ayah-ayah yang suci kepada rahim-rahim para ibu yang suci pula. Dan di mana saja ayah-ayah tersebut mempunyai anak-anak, maka aku dipindahkan ke sulbi seorang anak yang lebih suci dan lebih baik dari anak-anak lainnya.[8]

Riwayat ini juga meliputi seluruh kakek-nenek Nabi Saw. Mengingat bahwa tolok ukur kesucian ayah-ibu seluruh nabi itu sama, maka berdasarkan kaidah "Tanqihu al-Manâth" (menetapkan suatu hukum berdasarkan kesamaan tolok ukur), hukum ini dapat meliputi seluruh para nabi.

Kesimpulannya adalah bahwa berdasarkan banyak ayat dan riwayat yang bermacam-macam, baik melalui jalur Sunni maupun Syiah, demikian juga berdasarkan akal dan ijma' dapat dipahami bahwa kedua orang tua (ayah ibu) nabi Ibrahim As adalah termasuk orang-orang yang muwahhid (meng-esakan Tuhan) dan orang-orang yang suci.

Dengan itu maka keyakinan kami, bukan hanya kaum Syiah bahkan banyak dari kaum Sunni meyakini bahwa ayah dan ibu semua nabi dan nabi Ibrahim As hingga Nabi Adam As, sama sekali tidak pernah ternodai oleh syirik. Mereka adalah orang-orang yang muwahhid dan orang-orang yang suci dari perbuatan zina dan melahirkan keturunan dengan cara pernikahan secara syar'i.[IQuest]



[1]. .Alusi, Sayyid Mahmud, Ruh al-Ma'âni fi Tafsiri al-Qur’ân, Ali Abdul Bari Athiyyah, jil. 7, hal. 388, Dar al-Kutub Al-'Ilmiyah, Cet. Beirut, 1415 H. Cet. 1; Andalusi, Abu Hayyan Muhammad bin Yusuf, bin Hayyan, al-Bahrul al-Muhith fi al-Tafsir, jil. 8, hal. 439 Al-Bahru Al-Muhith, Situs Tafsir, http://www.altafsir.com (Al-Maktabah Al-Syamilah); Razi, Abu Abdillah Fakhruddin Muhammad bin Umar, Mafâtih al-Ghaib, jil. 6, hal. 337, Daru Ihya Al-Turats Al-Arabi, Beirut, 1430 H, Cet. III; Ibnu Adil, Tafsir Al-Lubab, jil. 7, hal. 9, Situs Al-Tafsir, http://www.altafsir.com (Al-Maktabah Al-Syamilah).

[2] .Alusi, Sayyid Mahmud, Ruh al-Ma'âni fi Tafsiri al-Qur’ân, jil. 7, hal. 388; Andalusi: Abu Hayyan Muhammad bin yusuf, a-Bahr al-Muhith fi al-Tafsir, jil. 8, hal. 439; Razi, Abu Abdillah Fakhruddin, Muhammad bin Umar, Mafâtih al-Ghaib, jil. 6, hal. 337; Ibnu Adil, Tafsir Al-Lubâb, jil. 7, hal. 9 dan …..(Yang menarik adalah bahwa Alusi kurang begitu memperhatikan ucapan Fakhru Al-Razi yang mengatakan bahwa ucapan ini khusus Syiah).

[3] . Riwayat ini banyak dinukil oleh para mufassir baik Syiah maupun Sunni, seperti al-Thabarsi dalam kitabnya Tafsir Majma'u al-Bayân, Neisyaburi di dalam kitab tafsir Gharâibu al-Qur'ân, Fakhru Al-Razi di dalam kitab tafsir Al-Kabir dan Alusi di dalam kitab tafsir Ruh al-Ma'âni fi Tafsiri al-Qur’ân..

[4] .Baihaqi, Dalâil al-Nubuwwah, jil. 1, hal. 103, Situs Jami'u al-Ahadits, http://www.alsunnah.com (Al-Maktabu Al-Syamilah).

[5] .Thabarsi, Fadhl bin Hasan, I'lâmi al Warâ bi A'lami al-Hudâ, hal. 6.

[6].Kulaini, Raudhat al-Kâfi, Terj. Kamerei, jil. 2, hal. 327, Cet. Darul Al-Kutub Al-Islamiyah, Tehran, th. 1365 Sy.

[7]. ”Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (Qs. Al-Taubah [9]: 128)

[8]. Jalaluddin al-Suyuthi, al-Durr al-Mantsur fi Tafsir al-Ma'tsur, jil. 3, hal. 294, Perpustakaan Ayatullah Mar'asyi Najafi, Qum, th. 1404 H.

Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    259816 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    245592 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    229495 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    214282 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    175594 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    170968 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    167388 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    157453 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140300 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    133531 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...