Advanced Search
Hits
7443
Tanggal Dimuat: 2009/07/21
Ringkasan Pertanyaan
Dan pada sisi Allah-lah mafatih yang gayb (kunci-kunci semua yang gayb);...
Pertanyaan
Dan pada sisi Allah-lah mafatih yang gayb (kunci-kunci semua yang gayb); tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah, Dia sendiri dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan. Dan tiada sehelai daunpun yag gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula,) Dan tidak jatuh sebuah bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak ada sesuatu yang basah dan atau yang kering, melainkan tertulis dalam lauh mahfuz. (Qs. al-An’am [6] :59). Di dalam ayat al-quran di atas disebutkan tentang sesuatu yang basah dan sesuatu yang kering apakah yang di maksud adalah Kitab Mubin atau al-Quran? Dan apakah yang dimaksud dengan rutab (sesuatu yang basah) dan yabis (dan sesuatu yang kering) tersebut? Bagaimanakah entitasnya?
Jawaban Global

Dalam sebagian ayat dijelaskan tentang kitab mubin dan yang dimaksud adalah kitab suci al-Quran, tapi di dalam ayat ini dan ayat-ayat lain dijelaskan sebagai sandaran Ilahi. Yang dimaksud dengan kitab mubin adalah martabat dari ilmu Ilahi atas makhluk-makhluk-Nya sebelum mereka diciptakan (qabla ijad) dan hal itu termasuk juga kitab-kitab dan wahyu-wahyu lain, namun terkait dengan kuantitas dan kualitasnya sama sekali tidak diketahui oleh manusia.

Rutab (basah) dan Yabis (kering) adalah kata kiasan untuk segala sesuatu dan tidak mengandung makna yang spesial . Kemudian disebutkan di dalam ayat itu bahwa mafatih al-gaib tersebut hanya diketahui oleh Allah swt (dan tidak ada seorang pun yang mengetahuinya kecuali mereka yang memang diberitahu oleh-Nya). Dan demikian juga tentang sesuatu yang basah dan sesuatu yang kering semuanya diketahui oleh Allah dan tidak satupun daun yang berguguran kecuali pasti ketahui oleh Allah Swt. Dan Tuhan tidak menyebutkan contoh-contoh lain dan segala sesuatu yang basah atau kering itu semuanya diketahui oleh Allah Swt.

Jawaban Detil

Para filosof dan juga para teolog terkait dengan ayat-ayat itu, menegaskan bahwa ilmu Ilahi terbagi menjadi tiga bagian[1] :

Pertama, ilmu Allah tentang diri-Nya dan sifat-Nya; ini yang disebut dengan ilmu Dzati. Ilmu terhadap Dzat dan sifat-sifat-Nya tidak mengalami perubahan apapun. Dan ini bukan yang dimaksud oleh ayat di atas.

Kedua, ilmu tuhan terhadap makhluk-Nya setelah tercipta atau ilmu tentang partikular-partikular segala sesuatu. Ilmu ini dipersepsi karena melihat hubungan antara tuhan dan makluk-Nya yaitu hubungan relasional (idhafiyyah) antara Tuhan dan obyek yang diketahuinya, jadi Tuhan Mahamengetahui dan segala sesuatu yang hâdits (yang mengalami perubahan) diketahui oleh Allah Swt. Lantaran ilmu jenis ini mempertimbangkan objeknya, maka ilmu seperti ini mengalami perubahan alias tidak tetap. Berubah karena perubahan makhluk dan zaman.

Ilmu dalam kategori seperti ini disebut dengan ilmu fi’ili dan bagian dari sifat fi’liyah (perbuatan) Tuhan dan ilmu ini juga bukan yang dimaksud dalam ayat yang sedang kita bicarakan.

Ketiga, Ilmu tuhan terhadap makhluk pada alam azal (sedari dulu ada) dan sebelum penciptaan.. Artinya Tuhan   mengetahui tentang makhluk sebelum diciptakan langit dan bumi dan segala isinya serta sebelum terjadi segala peristiwa dengan segala detailnya. Ilmu ini disebut dengan kitab mubin atau ummul kitab yang didalamnya juga termasuk lauh mahfuz, dan lahw mahw.

Jadi, ilmu itu ada dua bagian satu bagian gaybi (transendental) dan satu lagi masyhud (imanen) mengikuti proses zaman; yang pertama tidak berubah dan yang belakangan mengalami perubahan.

Yang dimaksud dengan kitab mubin yang disebutkan oleh ayat tersebut[2] adalah ilmu Ilahi yang meliputi makhluk-Nya sebelum mereka diciptakan, sebelum mereka memiliki aktifitas dan yang dimaksud dengan rutab ( sesuatu yang basah) dan yabis (sesuatu yang kering) dalam ayat tadi adalah setiap eksisten yang direpresentasikan dalam dua kata yaitu sesuatu yang kering dan sesuatu yang basah.

Basah dan kering adalah dua kata yang berseberangan sebab setiap maujud itu bisa diletakan dalam dua kategori yang basah dan kering. Sesuatu yang basah dan sesuatu yang kering adalah bahasa simbolis dari setiap eksisten makhluk-Nya.

Dalam beberapa riwayat dianalogikan[3] bahwa yang sesuatu kering sebagai janin dan yang basah adalah anak yang baru lahir atau sesuatu yang kering adalah kurma yang sudah dipetik dan yang basah adalah yang belum dipetik.

Kitab mubin dalam ayat-ayat lain[4] adalah simbol untuk al-Quran dan bukan tajalinya yang kadang-kadang ditafsirkan sebagai ilmu khusus Tuhan terhadap makluk-Nya sebelum mereka diciptakan.

Untuk memahami maksud dari kitab mubin kita harus membaca ayat-ayat lain atau konteks turunnya ayat tadi sebelum dan sesudahnya, seperti dalam ayat pertama berbicara tentang konteks kemahaluasan ilmu Allah dan yang kedua terkait dengan isu turunnya wahyu.[]



[1] Ma’ârif al-Qurân juz 186-194

[2] Qummi, Masyhadi, Muhammad bin Muhammad Ridha, Kanz Daqâiq juz 4,hal :342-344

[3] Makarim Shirazi, Tafsir al-Amtsal, juz 8, 9, 15,18

[4] Thayyib Sayid Abdul Husain, Atyâbul Bayân,  hal 91-92

Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    259828 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    245597 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    229502 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    214290 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    175597 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    170978 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    167396 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    157458 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140309 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    133537 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...