Advanced Search
Hits
16932
Tanggal Dimuat: 2009/09/08
Ringkasan Pertanyaan
Hingga batasan manakah aktifitas dan kinerja akal dalam Islam dan pada bidang apa akal dapat dimanfaatkan?
Pertanyaan
Hingga batasan manakah aktifitas dan kinerja akal dalam Islam dan pada bidang apa akal dapat dimanfaatkan?
Jawaban Global

Akal merupakan fakultas yang paling bernilai yang dianugerahkan Tuhan pada  wujud manusia. Akal yang dianugerahkan tersebut memiliki tingkatan dan derajat:

1.     Akal praktis  yang aktifitasnya adalah mencerap dan mengenal pelbagai realitas dan penilaian atasnya.

2.     Akal teoritis  yang merupakan fakultas yang mengendalikan reaksi dan perbuatan manusia. Aktifitas akal teoritis adalah mencerap segala yang harus dan tidak boleh dikerjakan oleh manusia. Sejatinya akal praktis merupakan fondasi ilmu-ilmu dalam kehidupan. Obyek penilaian pada akal praktis adalah bahwa apakah sebuah perbuatan itu harus dilakukan atau tidak?

 

Mengingat akal merupakan sebuah fenomena dari pelbagai fenomena dan setiap fenomena itu sifatnya terbatas, maka sebuah hal yang natural bahwa ruang lingkup dan skop akal itu terbatas. Dengan demikian, aktifitas dan perbuatan akal terangkum pada ruang lingkup makhluk-makhluk. Akal memiliki kemampuan terbatas dalam mengenal Tuhan. Terkait dengan Dzat Tuhan yang nir-batas akal tidak memiliki  jalan untuk sampai kepada-Nya.

Peran akal dapat diaktualisasikan pada ranah aturan-aturan penciptaan dan pelaksanaan aturan dan berdaya guna untuk memahami keduanya, kendati pada dua ranah tersebut  akal tidak dapat melepaskan dirinya dari wahyu. Tangan akal sangat pendek terkait dengan masalah-masalah seperti hal-hal yang rinci terkait dengan ma'ad dan ahkam. Akal dalam hal ini bimbingan syariat untuk dapat menjangkau kedua hal ini.
Jawaban Detil

Redaksi akal dan derivatnya secara leksikal bermakna memahami, menerima, dan ikatan pada kaki.[1]

Pada al-Qur'an, akal bermakna pemahaman dan pencerapan.[2] Dalam riwayat  akal dipandang sebagai fakultas untuk mengidentifikasi, mencerap dan yang mengkondisikan manusia untuk berbuat kebaikan. Senjata dan penahan supaya manusia tidak melakukan keburukan dan kejahatan.[3]

Secara teknikal akal merupakan substansi simpel yang digunakan oleh manusia untuk menerima pelbagai realitas dan hakikat. Karena itu akal adalah penerimaan terhadap realitas. Di samping menerima realitas akal juga merupakan penahan jiwa natiqah (rasional) dan pemberi kemuliaan kepadanya.[4]

Akal memiliki bagian dan tingkatan yang beragam:

  1. Akal nazhari (teoritis): Dengan perantara akal teoritis manusia dapat mencerap konsep ada dan tiada, segala eksisten dan non-eksisten yang berkenaan dengan natural, matematika, logika dan teologi dan secara umm hikmah teoritis.

  2. Akal 'amali (praktis); Akal praktis terkait dengan iman, keputusan, kehendak, dan tekad. Artinya tempat dimana sebuah perbuatan atau kegiatan bermula.

  3. Akal muta'araf (konvensional); Akal konvensional adalah akal yang terkait dengan segala usaha dan upaya untuk menjaga dan memelihara kehidupan lahiriyah. Masyarakat pada umumnya menamai fakultas pencerap dan aktif  ini sebagai akal.[5]

Dengan kata lain, akal teoritis aktifitasnya adalah mencerap dan mengenal pelbagai realitas dan penilaian terhadapnya.[6]

 

Akal praktis adalah fakultas yang mengontrol perbuatan dan kegiatan manusia.[7] Atau pekerjaanya adalah mencerap segala yang harus dan tidak boleh. Sejatinya akal praktis adalah yang menjadi pijakan dan landasan ilmu-ilmu hidup. Yang menjadi obyek penilaian pada akal praktis adalah bahwa saya harus melakukan pekerjaan tersebut atau tidak?[8]

Akal praktis dalam lisan Imam Shadiq As merupakan sentral penghambaan manusia dan modal dasar untuk meraih surga. "Al-Aql ma 'ubida bihi al-rahman wa uktusiba bihi al-jinân."[9]

Dalam agama Islam, akal memiliki kedudukan yang tinggi dan menjulang. Allamah Thabathabai Ra dalam Tafsir al-Mizan menuturkan bahwa: "Akal adalah semulia-mulia fakultas yang ada pada diri manusia.[10] Allah Swt menyebutkan dan mengajak manusia dalam al-Qur'an sebanyak tiga ratus kali supaya ia menggunakan dan memberdayakan akalnya.[11]  

Dalam pandangan Allamah Thabathabai, kedudukan inteleksi, rasionisasi dan berpikir dalam Islam sedemikian tinggi sehingga Allah Swt tidak satu pun menyeru manusia untuk tidak memahami atau melintasi jalan dengan membabi-buta tanpa berpikir dan berinteleksi.[12]

 

Batasan kinerja dan aktifitas akal

Berdasarkan dalil-dalil rasional (aqli) dan referensial (naqli), domain aktifitas dan kinerja akal terbentang pada wilayah seluruh makhluk, fenomena-fenomena alam natural, hukum-hukum syariat dan pengenalan Tuhan secara global; artinya akal manusia tidak kuasa mengenal Dzat Tuhan dan mencerapnya (secara detil); lantaran setiap fenomena karena sifatnya yang tercipta dan hadits  maka ia mustahil menjadi tidak terbatas dan unlimited. Akal manusia laksana fenomena dan merupakan makhluk Tuhan, karena itu ia terbatas dan yang terbatas tidak mampu mengenal yang tidak terbatas.

Akal manusia mampu mengenal semesta, segala fenomena, aturan-aturan yang berlaku di dalamnya dan setelah itu memberikan penilaian dan arbitrasi atasnya.

Dalam domain pengenalan hukum-hukum akal juga dijadikan sandaran. Dalam  ilmu Fikih, akal merupakan salah satu perangkat software (dalil) yang digunakan untuk mengenal hukum-hukum di samping al-Qur'an dan Sunnah. Dalam ilmu Ushul juga dalam pembahasan husn wa qubh aqli (kebaikan dan keburukan yang ditinjau dari sudut pandang akal) telah ditetapkan dengan hukum akal terkait keharusan mematuhi dan mentaati segala perintah dan larangan Syâri' (pembuat syariat).[13]

Akan tetapi harus diingat bahwa dalam Islam dalam dua domain akidah (ushul) dan fikih (cabang), terdapat hal yang berada di atas wilayah akal demikian juga pada sebagian masalah dan hukum, kendati akal tidak memiliki penentangan terhadapnya, akan tetapi ia tidak akan sampai pada kedalamannya dan tidak dapat memahaminya. Misalnya hal-hal yang berkaitan dengan implementasi hukum atau pembahasan-pembahasan partikulir masalah ma'ad. Bukan tempatnya di sini untuk mengulas dengan jeluk permasalahan ini.

Allamah Thabathabai dalam menjawab pertanyaan "Henri Corbin" seorang filosof berkebangsan Prancis yang bertanya tentang sekiranya dijumpai kontradiksi antara akal dan kitab, sunah, syariat? Apa yang harus dilakukan? Allamah Thabathabai berkata: Apabila dalam Al-Qur'an secara tegas membenarkan dan mengiyakan pandangan akal, sekali-kali kita tidak akan jumpai perbedaan dan kontradiksi di dalamnya."[14]

Di samping itu, dari sabda Imam Ali As dalam Nahj al-Balagha terkait risalah Nabi Saw dapat disimpulkan bahwa akal dan syariat bukan saja bertentangan tapi juga sejalan dan keduanya saling membantu antara satu dengan yang lain…wa yutsiruna lahum dafain al-uqul…"[15] Imam Ali As dalam penjelasanya terkait dengan pengutusan Nabi Saw bersabda bahwa Allah Swt mengutus nabi kepada masyarakat untuk membukakan di hadapan mereka kebajikan-kebajikan dan kebijaksanaan yang tersembunyi. Akal dan fitrah manusia laksana khazanah yang menyimpan seluruh hakikat dan realitas. Karena itu, apa pun yang disampaikan para nabi maka ucapan itu sesuai dan sejalan akal dan logika.

Dalam pembahasan Ushul Fikih terdapat sebuah kaidah yang disebut sebagai kaidah mulazamah yang menyebutkan: "Kullu maa hakama bih al-aql hakama bih al-syar'e",[16] segala sesuatu yang dihukumi oleh akal maka hal itu juga dihukumi oleh syariat. Kebalikan dari kaidah juga benar adanya. Kullu maa hakama bihi al-syar'e hakama bihi al-aql." Segala sesuatu yang dihukumi oleh syariat juga dihukumi oleh akal. Karena itu salah satu fondasi hukum syariat adalah akal.

Karena itu, hukum-hukum para nabi dan pembuat syariat tidak berseberangan dengan akal. Apa yang mereka sampaikan adalah capaian-capaian akal yang terpengaruh oleh bisikan-bisikan setan, dimana manusia lalai tentangnya. Para  nabi datang kepada masyarakat untuk membukakan di hadapan mereka kebajikan-kebajikan dan kebijaksanaan yang tersembunyi

 

Kesimpulan:

Akal dan syariat seiring sejalan. Dalam syariat tidak terdapat satu pun hukum yang bertentangan dengan fitrah. Atas dasar ini, manusia senantiasa mengejar dalil dalam menerima (atau menolak) sesuatu yang dapat memuaskan naluri dan akalnya. Dan menerima suatu hal tatkala telah terjelaskan dengan sebuah dalil yang sejalan dengan realitas. Artinya bahwa pengenalan terhadap semesta dan pelbagai fenomena di dalamnya, aturan-aturan yang berlaku di alam eksistensi dan hukum-hukum syariat berada dalam cakupan akal yang berpikir dan menilai tentangnya. Akan tetapi dalam mengenal Dzat Tuhan dan hakikat dzat tersebut, akal tidak memiliki kemampuan terbatas untuk sampai pada poin ini.

Imam Ali As bersabda: Akal-akal tidak memiliki jangkauan untuk mencirikan sifat-sifat-Nya.[17]

Mengingat bahwa sifat-sifat Tuhan identik dengan Dzat-Nya dan Dzat Ilahi seperti wujud tidak terbatas, maka sifat-sifat kesempurnaan-Nya seperti ilmu, qudrah, hayat, iradah dan sebagainya juga tidak terbatas. Dan sifat-sifat kesempurnan ini identik dengan dzat-Nya. Ketika sifat-Nya tidak terbatas, akal manusia tidak mampu mencapai dan menembus kedalamannya. Akal tidak mampu mencerap dan memahaminya. Dengan kata lain, ketika manusia merupakan makhluk dan ciptaan Wujud yang Tak-terbatas, maka ia tidak memiliki kemampuan untuk mencapai Dzat Wujud yang tak-terbatas. Inilah makna sabda Amirul Mukminin yang menandaskan: "Akal-akal tidak mampu memahamkan manusia kedalaman sifat-sifat-Nya. Akan tetapi hal in tidak bermakna bahwa Tuhan menjadi penghalang manusia untuk mengenal-Nya; karena Amirul Mukminin dalam kelanjutan khutbahnya berkata: "Dan akal tidak dihalangi untuk mengenal-Nya." Artinya Tuhan tidak menghalangi manusia untuk dapat mengenal-Nya.[18]

Imam Shadiq As dalam hal ini bersabda: "Melalui perantara akal para hamba mengenal Penciptanya. Dan mereka tahu bahwa mereka adalah makhluk dan Dia adalah pengatur dan mereka berada di bawah pengaturan-Nya. Mereka juga tahu bahwa Pencipta mereka abadi sementara mereka akan mati.[19]

Akal manusia hingga batasan ini memahami bahwa alam semesta ini memiliki Tuhan. Dan Tuhan pencipta semesta ini memiliki kesempurnaan (kamal) dan keagungan (jalal). Memiliki ilmu, qudrah, kehidupan dan lain sebagainya. Hingga batasan pengenalan ini merupakan tugas akal dan ia memiliki kemampuan. Dan Tuhan tidak menghalangi akal hingga batasan ini. akan tetapi lebih dari itu, yaitu pengenalan pada kedalaman dan hakikat dzat dan sifat Allah Swt, akal manusia tidak berdaya dan tidak mampu untuk melakukan hal tersebut. []

 



[1]. Muhamad Mu'in, Farhangg-e Mu'in (satu jilid), redaksi akal.

[2]. Sayid Ja'far Sajjadi, Farhang-e 'Ulûm Falsafi wa Kalâmi, klausul 'aql 

[3]. Kulaini, Ushûl Kâfi, jil. 1, hal. 11.

[4]. 'Ali Karaji, Ishthilâhât Falsafi wa Tafâwut-e Anhâ bâ Yekdigar, hal. 171-172.  

[5]. Abdullah Jawadi Amuli, Fitrat dar Qur'ân, jil. 12, hal. 29, 30 dan 397.  

[6]. Syahid Muthahhari, Dah Guftâr, hal. 30-31.  

[7]. Abdullah Jawadi Amuli, Rahiq Makhtum, jil. 1, hal. bag. Pertama, hal. 153.

[8]. Syahid Muthahhari, Dah Guftâr, hal. 30-31

[9]. Kulaini, Ushûl al-Kâfi, jil. 1, hal. 11, hadis ke-3.

[10]. Muhammad Husain Thabathabai, Tafsir al-Mizân, jil. 3, hal. 57.

[11]. Ibid, jil. 5, hal. 255.

[12]. Syadi Nafisi, 'Aql Gerâi dar Tafâsir Qarn-e Chohârdahum, hal. 194-195.  

[13]. Mujtaba Malaki Isfahani, Farhangg-e Isthilâhât-e Ushûl, jil. 2, hal. 279.  

[14]. Muhsin Kadivar, Daftar-e 'Aql, hal. 115.

[15]. Nahj al-Balâgha, khutbah pertama.  

[16]. Sayid 'Abdul A'la Sabzawari, Tahdzib al-Ushûl, jil. 1, hal. 145; Muhammad Ridha Muzhaffar, Ushûl al-Fiqh, jil. 1, hal. 217.  

[17]. Nahj al-Balâgha, khutbah ke-49.  

[18]. Ibid. 

[19]. Kulaini, Ushul Kâfi, jil. 1, hal. 33-34.

Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Klasifikasi Topik

Pertanyaan-pertanyaan Acak

  • Apakah seorang laki-laki kafir meludahi Nabi Muhammad Saw, dan karenanya kemudian turun sebuah ayat al-Quran?
    12531 Tafsir 2015/05/13
    Terkait dengan pertanyaan tersebut, terdapat kisah dari para mufasir yang diyakini sebagai sebab turunnya ayat, «وَ یَوْمَ یَعَضُّ الظَّالِمُ عَلى‏ یَدَیْهِ یَقُولُ یا لَیْتَنِی اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبیلاً» “(ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata, “Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil ...
  • Apa yang dimaksud dengan wajib dalam hadis kewajiban mandi hari Jumat?
    8811 بیشتر بدانیم 2012/12/12
    Mandi Jumat; merupakan salah satu tradisi dan sunnah Rasulullah Saw dan Ahlulbaitnya. Terdapat banyak hadis dalam literatur Syiah dan Sunni yang menjelaskan masalah ini. Sebagian dari hadis tersebut menyebutkan tentang kewajiban mandi ini. Di antaranya, tatkala ditanya tentang mandi Jumat ini, Imam Ridha As menjawab, “Wâjibun ‘ala kulli ...
  • Apakah arti dan hakikat Ramadhan itu?
    8052 روزه و رمضان 2015/05/03
    Ramadhan secara leksikal berarti panas yang menyengat, panasnya batu, intensitas sinar matahari. Juga dikatakan bahwa ramadhan diambil dari asal kata “harr” yang artinya adalah kembali dari gurun menuju kota. Secara teknis ramadhan adalah nama bulan ke-9 bulan Hijriah, bulan-bulan Islam dan bulan turunnya al-Quran. Imam Sajjad As ...
  • Bagaimana pandangan Ahlusunnah ihwal Bilal Habsyi?
    9271 Sejarah Para Pembesar 2010/08/22
    Apa yang dijelaskan dalam literatur-literatur Ahlusunnah ihwal sahabat besar Bilal Habasyi adalah bahwa ia adalah orang yang dibebaskan oleh Abu Bakar. Ia adalah seorang mukmin yang kukuh mempertahankan imannya (resistant) di hadapan pelbagai siksaan kaum kafir. Di samping itu, ia adalah muazzin (orang yang ...
  • Al-Qur’an ditinjau dari tiga aspek merupakan mukjizat, 1. Lafaz; 2. Kandungan; 3. Pembawanya. Seberapa besar kadar Ilahiah yang ditunjukkan masing-masing dari ketiga sisi ini?
    33409 Ulumul Quran 2009/02/18
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda memilih jawaban detil ...
  • Apakah kita dapat belajar ilmu dan pengetahuan dari guru mana pun?
    11479 Dirayah al-Hadits 2010/10/07
    Manusia hendaknya senantiasa tunduk dan patuh di hadapan kebenaran. Dan apabila kebenaran dan kelurusan ucapan dan penalaran telah terbukti baginya, tanpa memperhatikan siapa yang mengucapkan, maka kebenaran itu harus diterima. Tentu dengan memperhatikan pelbagai kriteria akal dan agama.   Namun jelas bahwa mempelajari ilmu akan lebih ...
  • Bagaimana menjawab salam ketika seseorang sementara mengerjakan salat?
    12516 Hukum dan Yurisprudensi 2012/02/08
    Seseorang tidak dapat memberikan salam kepada orang lain selagi ia mengerjakan salat dan apabila seseorang memberikan salam kepadanya maka ia harus menjawab sedemikian sehingga ucapan salam harus terlebih dahulu yang disampaikan; misalnya berkata, “al-salam ‘alaikum” atau “salamun ‘alaikum” dan ia tidak boleh berkata, “alaikum al-salam.”[1] (mendahulukan alaikum ...
  • Pada masa lalu yaitu sebelum Revolusi Islam Iran, siapakah yang menjadi wali fakih?
    9418 Hukum dan Yurisprudensi 2010/11/11
    Teori wilâyah fakih merupakan salah satu teori yang telah berusia lama dan prinsipil dalam keyakinan Syiah. Dengan bermulanya masa ghaibat kubra (okultasi mayor) pada tahun 326 H, ulama besar seperti Syaikh Shaduq (381 H), Syaikh Mufid (413 H), Sayid Murtadha (436 H), Syaikh Thusi (460 H), memenuhi ...
  • Apakah hukum khitan bagi perempuan? Apakah hukum ini tidak bertentangan dengan ilmu-ilmu yang ada pada zaman sekarang?
    6300 Serba-serbi 2015/05/03
    Khitan bagi perempuan, dapat dilakukan dengan beragam model. Terdapat beberapa riwayat yang menunjukkan tentang bentuk khusus bagi khitan perempuan. Dengan meneliti riwayat ini, kita memahami bahwa dalam Islam, harus diperhatikan supaya dalam melakukan khitan terhadap kaum perempuan dengan mempertimbangkan luka yang paling minimal bagi mereka. Yang dapat ...
  • Apakah dibolehkan menjual buah yang masih di atas pohon?
    19616 Jual dan Beli 2013/12/25
    Terdapat empat kondisi yang dapat digambarkan terkait dengan buah yang masih di atas pohon: Tidak ada satu pun buah yang terlihat di atas pohon. Buah telah tampak dan kelihatan namun masih belum laik untuk dimakan dan diperjual-belikan (badwi al-salāh).[1]

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    264545 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    248144 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    231386 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    217472 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    177660 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    172638 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    169600 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    160057 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    143183 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    135465 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...